Jakarta (ANTARA News) - Hasil panen jagung secara nasional, sebelum diputuskan untuk diekspor, sebaiknya diutamakan untuk stok dalam negeri, termasuk sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak, menurut Dewan Jagung Nasional.

"Harusnya pada saat produksi, ada yang disimpan untuk memenuhi stok kebutuhan produksi pakan bulan April sampai September ini. Karena produksi sekarang rendah," ujar Sekjen Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola di Jakarta, Rabu.

Pasalnya, saat memasuki musim kemarau seperti saat ini, dikhawatirkan produksi jagung tidak akan sesuai target kebutuhan dalam negeri.

Dirinya pun menyayangkan kurang adanya langkah antisipasi untuk menjaga stok jagung. "Yang disayangkan, pada produksi Oktober-Maret kemarin, kenapa pabrik pakan tidak beli sebanyak-banyaknya. Kemudian, Bulog kita juga tidak main untuk mengamankan pasokan dalam negeri," tuturnya.

Kurangnya antisipasi stok, berimbas kepada tingginya harga jagung saat ini, tatkala produksi jagung menurun karena cuaca kering, menurutnya.

"Kalau melihat situasi sekarang, dengan harga tinggi, artinya bulan-bulan ini produksi jagung tidak banyak. Sehingga jumlahnya untuk suplai pabrik pakan yang berkesinambungan tiap bulan itu tidak terpenuhi," ungkapnya.

Sementara itu, pengusaha jagung dari PT Lintas Agro Group Maksun Jatmiko mengakui, harga jagung di tingkat petani hingga pabrikan saat ini memang tengah tinggi. Dikatakannya, suplai yang minim karena saat ini belum memasuki musim tanam.

Ia menuturkan, harga jagung di tingkat petani bahkan telah mencapai kisaran Rp3.400-3.500 per kilogram. Harga yang lebih tinggi bakal dijumpai di tingkat pabrikan, mencapai Rp4.500-4.600 per kg.

Maksun mengungkapkan, kondisi naiknya harga jagung di sekitaran triwulan III memang terjadi tiap tahunnya. Ironisnya ketika mulai memasuki masa panen raya di kisaran bulan April nanti, harga jagung justru anjlok.

Baca juga: Pengamat nilai ekspor jagung kurang tepat

Baca juga: Mentan lepas ekspor jagung Gorontalo ke Filipina

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018