Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI) mendorong perkembangan telemedicine (pelayanan kesehatan jarak jauh) di Indonesia dan pemanfaaatannya untuk meningkatkan kompetensi dokter.

"Telemedicine itu sangat dibutuhkan untuk peningkatan kemampuan dari dokter-dokter kita," kata Ketua Lokakarya Telemedicine Indonesia ke-3 dan Simposium Endoskopi Gastrointestinal Internasional Jakarta dan Demonstrasi Langsung 2018 Marcellus Simadibrata di sela-sela lokakarya itu, Jakarta, Kamis.

Dia menuturkan telemedicine sudah mulai berkembang di dunia pendidikan, salah satunya Universitas Indonesia sudah mulai melakukan kolaborasi dengan universitas-universitas lain di Indonesia yang lain untuk meningkatkan pendidikan S1, S2, dan S3 dan spesialis.

Dia mengatakan telemedicine berguna untuk konsultasi dalam menetapkan diagnosa kesehatan yang lebih baik untuk menangani kasus kesehatan tertentu, terutama ke pihak yang berkompeten.

"Jadi dengan adanya konsultasi ini kita bisa menentukan apakah obat ini diagnosisnya sudah benar atau tidak, kemudian bagaimana terapinya dan obat-obatnya," ujarnya.

Koordinator Jaringan Telemedicine Indonesia Dadang Makmun mengatakan telemedicine berperan penting untuk mempermudah penetapan diagnosa kesehatan.

Kepala Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu  menuturkan telemedicine tidak hanya sekadar memperpendek jarak untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan berbagai pusat di dunia tapi juga bisa mendapatkan pelajaran atau pelatihan melalui telemedicine dari berbagai sumber.

Menurut Dadang, dalam menunjang pelayanan kesehatan, telemedicine menjadi media untuk berkonsultasi. Bahkan dalam keadaan darurat sekalipun, ketika dokter atau tenaga kesehatan membutuhkan nasehat dari suatu  lembaga pelayanan kesehatan  di tempat lain secara langsung bisa dilakukan dengan telemedicine.

PEGI telah bergabung dengan Telemedicine Development Center of Asia (TEMDEC) dari Jepang, yang terhubung dengan 62 negara dan 596 institusi di dunia.

Dengan demikian, itu dapat memperluas jaringan PEGI dalam konsultasi penanganan kesehatan dan penetapan diagnosa ke berbagai rumah sakit seperti Rumah Sakit Universitas Kyushu di Jepang dan rumah sakit di India.
 
(Dari kiri ke kanan) Wakil Direktur Telemedicine Development Centre of Asia (TEMDEC) Tomohiko Moriyama, Koordinator Jaringan Telemedicine Indonesia Dadang Makmun, Ketua Lokakarya Telemedicine Indonesia ke-3 dan JIGES-LD 2018 Marcellus Simadibrata, Koordinator bidang Teknologi Informasi pada Lokakarya Telemedicine Indonesia ke-3 Aria Kekalih, Direktur TEMDEC Shuji Shimizu dalam acara Lokakarya Telemedicine Indonesia ke-3 di Jakarta, Kamis (30/8/2018). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)


Untuk itu, Lokakarya Telemedicine Indonesia ke-3 itu juga membahas perkembangan kegiatan telekonferensi telemedicine rutin yang diinisiasi oleh PEGI yang melibatkan berbagai perguruan tinggi negeri dan jejaring rumah sakit pendidikan di Indonesia.

Koordinator bidang Teknologi Informasi pada Lokakarya Telemedicine Indonesia ke-3 Aria Kekalih menuturkan rumah sakit pendidikan Universitas Indonesia telah membangun jaringan dengan universitas baik dalam maupun luar negeri.

Aria yang menjadi koordinator pusat pembelajaran digital atau jarak jauh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan lokakarya itu juga melibatkan bidang teknologi informasi untuk menunjang berlangsungnya telemedicine.

Lewat telemedicine, dia mengatakan tenaga kesehatan dari berbagai wilayah dapat saling berkomunikasi secara digital untuk berbagi ilmu dalam penanganan suatu penyakit.

Selain itu, lewat telemedicine, para dokter dan tenaga kesehatan dapat belajar dari operasi secara langsung dari suatu tempat yang jauh dari keberadaan mereka.

Baca juga: 20 RS pendidikan ikuti lokakarya telemedicine Indonesia
Baca juga: Program "telemedicine" Diaspora Indonesia di Papua 2018

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018