Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Pertanian menyatakan, hasil audit independen yang dilakukan oleh sejumlah akademisi dan praktisi menunjukkan bahwa populasi ayam ras broiler pada tahun 2018 ini dalam keadaan potensi surplus.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Ketut Diarmita dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, menyatakan bahwa realisasi produksi "day old chicken" broiler pada Januari-Juni 2018 serta potensi produksi Juli-Desember 2018 adalah 3.156.732.462 ekor dengan rata-rata per bulan 263.061.042 ekor.

Kemudian, ujar dia, potensi produksi karkhas daging ayam adalah sebanyak 3.382.311 ton atau melampaui kebutuhan sehingga dinilai ada potensi kelebihan produksi 331.035 ton.

Ketut Diarmita mengutarakan harapannya agar dengan kondisi surplus tersrbut harga telur dan daging ayam menjadi terjangkau dan tidak lagi bergejolak.

Sebagaimana diwartakan, Pemerintah perlu melakukan berbagai kebijakan dalam rangka menstabilkan harga telur dan daging ayam, tidak hanya di tingkat konsumen ketika harga tinggi, tetapi juga di tingkat produsen ketika harga jatuh.

"Pemerintah perlu punya wibawa untuk melakukan intervensi pasar terhadap pangan strategis termasuk seperti telur dan daging ayam," kata peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori ketika dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, Khudori mengingatkan bahwa yang perlu diperhatikan antara lain adalah kecukupan stok terkait serta memadainya anggaran untuk melakukan hal tersebut.

Menurut dia, kenaikan harga telur dan daging ayam setelah Lebaran adalah sebuah anomali, karena biasanya pasca-Lebaran harganya cenderung turun.

Namun, ia mengingatkan bahwa harga-harga komoditas tersebut saat ini telah menurun meski belum sampai ke titik terendahnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan telur ayam ras menjadi komoditas penyumbang terbesar inflasi Juli 2018, disusul oleh daging ayam ras dan bensin.

"Inflasi Juli paling besar disumbang oleh telur ayam ras. Kenaikan selama sebulan terakhir memberikan andil terhadap inflasi 0,08 persen. Di Banjarmasin kenaikannya bahkan sampai 21 persen," ujar Suhariyanto saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/8).

Sementara itu, untuk bahan makanan sendiri, daging ayam ras memberikan andil terhadap inflasi Juli 2018 sebesar 0,07 persen diikuti cabai rawit 0,03 persen, kacang panjang 0,02 persen, dan bayam, jengkol, kangkung, tomat sayur, jeruk, dan tomat buah masing-masing sebesar 0,01 persen.

Baca juga: Komisi IV DPR buka Bimtek Inovasi Peternakan Ayam KUB di Banyuasin
Baca juga: Kementan yakini harga daging ayam segera normal

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018