Jakarta (ANTARA News) - Ketika sejumlah peneliti menyimpulkan bahwa "serangan gelombang sonic" di beberapa kedutaan di Kuba (dan baru-baru di Tiongkok) akibat peralatan pengawas yang rusak, kesimpulan tersebut bukan akhir dari kekhawatiran mengenai penyebab sesungguhnya... yang mungkin lebih mengkhawatirkan dari sebelumnya.

Seorang pakar dari University of Pennsylvania yakni Douglas Smith (yang memimpin diskusi ilmiah mengenai trauma korban serangan gelombang sonic di kedutaan) dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa ledakan gelombang mikro saat ini dianggap sebagai kandidat penyebab utama serangan tersebut, demikian dilansir Antara dari engadget.com, Minggu (02/09) 

Gejala seperti pusing atau sakit kepala hampir mirip dengan gangguan kesehatan akibat gelombang mikro dan frekuensi radio ketimbang penjelasan sebelumnya, seperti serangan gelombang akustik, kegelisahan atau virus.

Staf kedutaan yang mengalami efek Frey, dimana gelombang mikro memengaruhi otak hingga menerima suara-suara bayangan ketika gelombang tersebut mengenai lobus temporalis dengan menghasilkan sinyal-sinya dari telinga Anda.

Ledakan gelombang mikro yang cukup kuat bisa menimbulkan rasa sakit, dan bahkan mengakibatkan kerusakan permanen terhadap sistem syaraf.

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat kepada New York Times mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui penyebab utama serangan tersebut, dan pihak FBI menolak untuk berkomentar.

Kemungkinan terdapat penjelasan lainnya dari masyarakat sekitar bahwa ada semacam gangguan kesehatan yang disebabkan serangan frekuensi lainnya. Namun, surat kabar UC San Diego Beatrice Golomb mendukung penjelasan tentang teori serangan gelombang mikro.

Ada kemungkinan bahwa sejumlah pihak akan menuding Rusia sebagai dalang dari serangan itu, mengingat negara ini memiliki kemudahan akses ke Tiongkok dan Kuba. Namun, Tiongkok dan negara-negara lainnya juga telah meneliti senjata gelombang mikro.

Terlepas dari kemungkinan saling tuding satu sama lain, insiden serangan gelombang tersebut menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan para staff diplomatik di seluruh dunia, terkait bagaimana negara dapat melindungi mereka dari serangan jarak jauh yang tak terdeteksi.

Penerjemah: Aji Cakti
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018