Jakarta (ANTARA News) - Persaingan pasar smartphone di Indonesia semakin ketat setelah sub-brand milik Xiaomi Pocopohone resmi hadir di Indonesia pada Senin (27/8).

Melihat hal ini, brand smartphone asal China, Vivo, justru mengapresiasi dan tidak merasa tersaingi.

“Saya sih appreciate banget kompetitor ingin mengeluarkan produk baru untuk segmennya mereka, mereka juga harus upgrade untuk segmen mereka yang lebih atas,” Product Manager Vivo Mobile Indonesia, Jason Fanjaya, dalam temu media, di Jakarta, Senin.

“Saya rasa ini jalan yang bagus karena mereka juga tujuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” sambung dia.

Jason mengatakan bahwa Vivo sangat percaya diri dengan produknya, terlebih Vivo akan muncurkan ponsel terbarunya, V11 Pro, yang dibekali teknologi pemindai sidik jari dalam layar yang diklaim pertama di Indonesia.

Vivo terakhir kali meluncurkan produknya, V9, dalam sebuah acara megah yang digelar di Candi Borobudur pada 29 Maret lalu. Produsen smartphone yang masuk Indonesia pada 2014 itu kemudian meng-update V9 dengan menghadirkan varian RAM 6GB.

“Sebenarnya enggak bisa dibilang lama (mengeluarkan produk), karena life cycle kita itu cukup panjang, di mana V9 ini sampai sekarang pun user masih banyak yang cari, kita harus tunggu waktu yang tepat untuk launching ke V11 Pro,” ujar Jason.

Kita harus mempersiapkan dari segi bisnis maupun ke konsumen juga,” lanjut dia.

Lebih lanjut, Jason mengungkapkan target Vivo untuk dapat masuk peringkat tiga besar di Indonesia tahun ini.

Selain memperluas seri V, Jason mengatakan bahwa seri Y juga mendukung penjualan Vivo di Indonesia.

 

“Kontribusi paling besar V kalo secara volume Y di segmen harga itu. Untuk secara volume kita yakin kita bisa berkemvang di tahun ini,” kata Jason.

 

Untuk dapat mencapai target ini, Jason mengatakan bahwa Vivo selalu mendengarkan kemauan pengguna, menghadirkan produk sesuai dengan keinginan pasar.

“Kita harus mengikuti orang Indonesia maunya seperti apa karena ada spesifikasi yang kita buat khusus untuk pasar Indonesia, contohnya fitur beautify,” ujar Jason.

“Kemudian eksekusi berdasarkan human resource kita yang makin kuat,” tambah dia.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018