Jakarta  (ANTARA News) - Republik Sosialis Vietnam berulang tahun ke-73 pada 2 September 2018 dan berproses menjadi sebuah negara yang fokus pada pembangunan berkelanjutan.

Pembaruan di negara tetangga Indonesia ini telah menarik perhatian kalangan peneliti, investor, dan pebisnis internasional.

Banyak forum, konferensi, dan seminar telah diselenggarakan dengan partisipasi para ahli dan akademisi di seluruh dunia untuk memberikan rekomendasi dan solusi membantu negara berkembang ini.

Misalnya pada April 2016, the Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) Singapura, menyelenggarakan seminar bertema  Vietnam: Thirty Years of Doi Moi and Beyond yang dihadiri peserta dari Vietnam, Singapura dan beberapa negara lainnya.

Forum dengan delapan sesi itu membahas Inovasi ala Vietnam; Kesulitan dan Hambatannya yang harus diatasi, pencapaian ekonomi dan sosial.

Forum itu menganalisis situasi internasional, regional dan dampaknya terhadap Vietnam. Rekomendasi yang dihasilkan akan membantu Vietnam meningkatkan daya saing dan menarik bagi investor, bisnis asing, termasuk Indonesia.

Masyarakat internasional menyaksikan dan mencatat perjalanan reformasi ekonomi Vietnam yang disebut Doi Moi sejak dicanangkan pada 1986 dari sebelumnya sebagai negara terbelakang dengan 90 persen penduduknya bekerja di sektor pertanian menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang paling dinamis di Asia.

Doi Moi bagi Vietnam memberikan berkah tersendiri. Pendapatan per kapita naik tajam dari 471 dolar AS pada tahun 2001, 16 tahun setelah kebijakan Doi Moi dicanangkan naik jadi 2.300 dolar pada tahun 2015.

Peringkat Vietnam dari sisi daya saing membaik jadi 56/140 pada 2015-2016 dari 77/104 pada 2004-2005.

Vietnam telah lolos isolasi politik dan ekonomi untuk mengembangkan hubungan luar negeri, memperluas integrasi internasional, memperdalam hubungan bilateral, regional dan multilateral.

Indonesia dan Vietnam sebagai dua negara tetangga telah menjalin hubungan baik di berbagai bidang dan bersemangat untuk tumbuh kembang secara sehat mencapai keberhasilan demi keberhasilan.

Sejak 1955 hingga kini hubungan antara Indonesia dan Vietnam terus mengalami penguatan. Dalam perjalanan, kedua negara telah mencapai prestasi dan menunjukkan perbaikan-perbaikan untuk mengatasi kesulitan.

Vietnam dan Indonesia, yang menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kemitraan Strategis pada 2013 dan Rencana Aksi Kemitraan Strategis 2012-2015 pada 2011, telah menetapkan target perdagangan bilateral sebesar lima miliar dolar AS.

Pemimpin kedua negara sepakat mempercepat pelaksanaan rencana aksi untuk meningkatkan Kemitraan Strategis Vietnam-Indonesia pada periode 2014-2018 dan juga menempa hubungan ekonomi, perdagangan dan investasi.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan kemitraan strategis yang dibuat Indonesia dan Vietnam bukan dokumen tidur, melainkan untuk menjadi acuan memajukan dan memperkuat hubungan bilateral kedua negara.

Menlu Retno memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan ke-3 Joint Commission for Bilateral Cooperation di Hanoi pada April lalu. Indonesia berkomitmen untuk memperkuat hubungan baik dengan Vietnam di antaranya melalui penyusunan rencana Aksi 2019-2024 yang diharapkan selesai November tahun ini.

Target di sektor perdagangan keduanya telah dibuat. Angka yang telah dipatok sebesar 10 miliar dolar pada 2018 bukan perkara mudah untuk mencapainya mengingat nilai perdagangan kedua negara itu tercatat 5,4 miliar dolar tahun 2015.

Penetapan target tersebut tentu saja mempertimbangkan lingkungan keamanan dan strategis regional yang berubah dan bergerak cepat.

Vietnam merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang paling cepat di Asia Tenggara dan telah menetapkan tujuannya untuk menjadi negara maju pada tahun 2020.

Vietnam makin maju

Dubes RI untuk Vietnam Ibnu Hadi mengatakan baru-baru ini, Vietnam kini sudah semakin maju dalam beberapa bidang perdagangan bahkan telah mengalahkan Indonesia kecuali dalam komoditas karet.

Hal tersebut didasarkan pada nilai perdagangan RI dan Vietnam dalam enam bulan pertama tahun 2018.

Indikator nilai ekspor-impor Vietnam dan Indonesia ke luar negeri dalam enam bulan pertama tahun 2018, antara lain dilihat dari total perdagangan ke luar negeri, di mana Vietnam 225,01 miliar dolar AS, Indonesia 177,06 miliar dolar, artinya persentase perbandingan Vietnam lebih tinggi 27,08 persen dibandingkan Indonesia.

Nilai eskpor ke luar negeri, Vietnam 114,18 miliar dolar AS, Indonesia 88,02 miliar dolar, jadi persentase perbandingan Vietnam lebih tinggi 29,72 persen dibandingkan Indonesia.

Nilai impor dari luar negeri, Vietnam 110,82 dolar AS, Indonesia 89,04 miliar dolar AS, jadi persentase perbandingan Vietnam lebih tinggi dibandingkan Indonesia, sedangkan neraca Perdagangan Vietnam 3,36 miliar dolar AS, Indonesia -1,02 miliar dolar.

Selain itu, data KBRI Hanoi yang diolah dari General Statistics Office (Vietnam), BPS dan Bank Indonesia menunjukkan perdagangan luar negeri Vietnam pada semester pertama tahun 2018 mencapai 225,01 miliar dolar AS atau naik 13,69 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 sebesar 197,90 miliar dolar.

Nilai ekspor Vietnam mencapai 114,18 miliar dolar atau naik 16,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar 97,60 miliar dolar, sedangkan nilai impor mencapai 110,82 miliar dolar atau naik 10,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar 100,29 miliar dolar.

Struktur ekonomi Vietnam telah menunjukkan ke arah modernisasi dengan persentase kontribusi pertanian kepada ekonomi keseluruhan menurun dan sektor jasa dan produksi industrial meningkat.

Kawasan-kawasan ekonomi kunci dan kawasan ekonomi dan industri yang tersentralisasi telah menjadi pendorong utama ekonomi nasional.

Vietnam juga telah mendirikan kawasan-kawasan produksi pertanian, bersamaan dengan fasilitas pemerosesan industrial. Selama lebih tiga dekade, semua sektor ekonomi mengalami kemajuan besar.

Industri dan konstruksi menjadi sektor yang memberikan sumbangan besar bagi pertumbuhan ekonomi berkat aplikasi kemajuan sains dan teknologi dan pengembangan industri-industri baru dan teknologi tinggi.

Sektor pertanian, misalnya, mengalami perubahan signifikan, mengubah Vietnam dari negara dengan tingkat konsumsi tinggi menjadi salah satu pengekspor terbesar komoditas beras, kopi, karet, kacang-kacangan dan produk-produk perikanan.

Sektor jasa juga berkembang dengan berbagai produk seperti pariwisata, telekomunikasi, keuangan, perbankan dan konsultasi hukum. Eksploitasi sumber-sumber daya alam dan perlindungan lingkungan hidup telah dijalankan bersamaan dengan pembangunan lestari, menghasilkan hasil-hasil yang baik.

Pembangunan infrastruktur sosio-ekonomi mengalami perbaikan signifikan terutama di bidang transportasi, kelistrikan, telekomunikasi di kawasan-kawasan perkotaan, juga pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Dapat dikatakan aplikasi kemajuan di bidang sains dan teknologi telah menciptakan fondasi bagi transisi menuju ekonomi berbasis pengetahuan.

Vietnam dan Indonesia sebagai dua negara tetangga yang menjalin hubungan baik di berbagai bidang dan sesama anggota ASEAN "berlayar mengarungi samudera" menuju masa depan yang lebih cerah untuk mencapai keberhasilan lagi bagi keuntungan rakyatnya.

Semangat untuk tumbuh-kembang bersama tercermin dalam sebuah logo yang didesain oleh Nguyen Duc Toan  sebagai pemenang lomba logo  2014 yang diselenggarakan Kedutaan Besar Indonesia di Hanoi  untuk menyambut ulang tahun ke-60 hubungan diplomatik kedua negara pada 2015.

Kenyataannya kemitraan yang telah dijalin Indonesia dan Vietnam memberikan sumbangan positif bagi peningkatan hubungan dan kerja sama kedua negara tetangga itu dan deviden bagi kawasan.

Prestasi yang dicapainya menjadi contoh bagaimana Vietnam beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan segera mengoreksi diri, termasuk bagaimana menghadapi dinamika global yang terjadi akhir-akhir ini.

 Baca juga: Dubes: Indonesia harus cermati langkah Vietnam
Baca juga: Amerika Serikat minta Korea Utara contoh Vietnam

Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018