"Berkaca pada kenaikan BI-7DRR sepanjang tahun ini tidak terlalu efektif meredam gejolak nilai tukar rupiah"
Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov tidak yakin apabila suku bunga acuan Bank Indonesia 7-Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) kembali dinaikkan, akan mampu menahan tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

"Berkaca pada kenaikan BI-7DRR sepanjang tahun ini tidak terlalu efektif meredam gejolak nilai tukar rupiah," ujar Abra saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.

Bahkan, lanjut Abra, bank sentral masih tetap harus menguras cadangan devisa yang demikian besar yaitu sebesar 13,69 miliar dolar AS.

"Dalam kondisi saat ini, otoritas moneter justru harus mengirimkan sinyal bahwa BI akan mendukung target pertumbuhan ekonomi dengan cara mendorong penyaluran kredit perbankan di sektor riil, dengan menjaga tingkat suku bunga kredit, sehingga akan tetap mempertahankan daya saing produk ekspor Indonesia. Peningkatan ekspor ini akan membantu memperkecil defisit transaksi berjalan," kata Abra.

Sejak Mei hingga Agustus 2018, BI sudah menaikkan suku bunga acuan total sebesar 125 basis poin, dari 4,25 persen menjadi 5,5 persen.

Dalam konferensi pers pertengahan Agustus 2018 lalu, BI menyebutkan keputusan menaikkan suku bunga acuan konsisten dengan upaya untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman.

Kebijakan suku bunga tersebut didukung penguatan strategi operasi moneter dengan memperkuat konvergensi suku bunga pasar uang antar bank dengan suku bunga kebijakan moneter untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter.

Bank Indonesia juga melanjutkan langkah-langkah akselerasi pendalaman pasar keuangan. Di pasar uang, keberhasilan implementasi IndONIA sebagai suku bunga acuan pasar uang akan diikuti dengan pengembangan instrumen OIS (Overnight Index Swap) dan IRS (Interest Rate Swap) sehingga mampu mendukung pembentukan struktur suku bunga pasar yang lebih efisien.

Di pasar valas, BI meningkatkan efektivitas penyediaan swap valas baik dalam rangka operasi moneter maupun dalam rangka lindung nilai (hedging) dengan tingkat harga yang lebih murah.

Bank sentral menyatakan, berbagai kebijakan tersebut diyakini akan memperkuat alternatif instrumen pengelolaan likuiditas di pasar dan mendukung stabilitas nilai tukar tukar Rupiah.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Selasa mencapai Rp14.840 per dolar, melemah dibandingkan hari sebelumnya Rp14.767 per dolar AS.

Baca juga: Analis: Pergerakan rupiah masih rentan terdepresiasi

Baca juga: Ketegangan perdagangan global, dongkrak penguatan dolar tertinggi


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018