New Delhi, India (ANTARA News) -  Satu orang tewas dan 19 orang lagi cedera pada Selasa (4/9), setelah satu bagian jembatan yang berumur 40 tahun ambruk di Negara Bagian Benggala Barat di India Timur, demikian laporan media lokal.

Para pejabat belum mengkonfirmasi jumlah korban jiwa.

Jalan layang tersebut, yang dikenal dengan nama Jembatan Majerhat, ambruk di dekat Stasiun Kereta Majerhat di Kolkata, Ibu Kota Benggala Barat.

"Satu bagian jembatan itu di daerah sibuk Kolkata Selatan ambruk sore ini, sehingga membuat terkejut seluruh isi kota. Banyak orang dikhawatirkan terjebak di bawahnya, sebagian masih berada di dalam kendaraan mereka. Satu orang tewas dan 19 orang lagi cedera, dan mereka telah dibawa ke rumah sakit," kata satu laporan media.

Setelah peristiwa tersebut, pemerintah mengerahkan ambulans, personel reaksi penanganan bencana dan mesin berat ke lokasi kecelakaan untuk melakukan upaya pertolonga, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang.

Tayangan televisi memperlihatkan beberapa mobil, kendaraan roda dua dan bus di bagian jembatan yang ambruk.

Beberapa saksi mata mengatakan beberapa kendaraan terjebak di bawah reruntuhan dan beberapa orang dikhawatirkan terperangkap.

"Kami terus memantau keadaan. Kami memulai penyelidikan sehingga semuanya dapat diketahui dan kami melakukan berbagai langkah dengan dasar darurat untuk menolong mereka yang terjebak," kata Kepala Menteri Benggala Barat Mamata Banerjee --yang mengunjungi Darjeeling.

Perdana Menteri India Narendra Modi menggambarkan kecelakaan sebagai "patut disayangkan".

"Ambruknya satu bagian jembatan di Kolkata sangat disayangkan. Perasaan saya bersama keluarga korban. Saya berdoa agar mereka yang cedera segera pulih," kata Modi di dalam satu pernyataan.

Pada 2016, tak kurang dari 26 orang tewas, ketika satu bagian jembatan layang yang sedang dibangun ambruk di kota tersebut.

Kecelakaan mau akibat kegagalan prasarana sering terjadi di India. Banyak ahli menyatakan kecelakaan seringkali terjadi akibat kurangnya perhatian pemerintah, korupsi dan penggunaan bahan yang berkualitas rendah, serta pengawasan yang tidak memadai dan standard keselamatan yang buruk bagi pekerja.

Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018