Jakarta (ANTARA News) - EcoSecurities, salah satu perusahaan karbon terkemuka di dunia, memprediksi permintaan dalam pasar perdagangan kredit karbon internasional akan mengalami kenaikan setelah masa berlaku Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012. "Kami yakin sisi permintaan akan naik pasca 2012, melihat perhatian emisi karbon justru makin banyak," kata Bruce Usher, Presdir EcoSecurities, di Jakarta, Rabu. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini diperkirakan sisi permintaan karbon kredit hingga tahun 2012 mencapai 3,36 miliar ton, sementara sisi penawaran berdasarkan proyek yang terdaftar adalah 2 miliar ton. Optimisme pasar kredit karbon ini juga disokong oleh perubahan kebijakan politik di Negeri Paman Sam Amerika Serikat. Saat ini pasar sukarela kredit karbon di Amerika Serikat telah meningkat bahkan hingga 100 persen hingga tahun 2011, sehingga diperkirakan Bank Dunia besarannya bisa mencapai 250 juta dollar Amerika. "Kami berharap tahun 2009 sebuah undang-undang tentang perdagangan karbon sudah bisa dilahirkan di Amerika, sehingga tentu pasar yang bisa dinikmati oleh Indonesia akan semakin besar," kata Bruce, pria yang berkantor di New York itu. Ia menegaskan bahwa Indonesia adalah satu dari lima negara yang menjadi lokasi utama proyek karbon perusahaan perdagangan karbon. Di Indonesia, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), saat ini sudah ada 20 proyek karbon yang disetujui oleh badan khusus Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) PBB, delapan di antaranya telah mendapat sertifikat penurunan emisi (CER). "Indonesia mempunyai potensi pengurangan 125 juta ton emisi karbon lewat sektor non-kehutanan. Dan itu setara dengan 1 triliun dollar Amerika," kata Agus Purnomo, Staf Khusus Menneg LH Bidang Kerja Sama dan Isu Lingkungan Internasional. Ia menambahkan sekitar 1-2 triliun dollar lagi bisa didatangkan untuk Indonesia dari proyek pengurangan emisi karbon lewat sektor kehutanan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007