Mereka nanti yang akan menjadi generasi pengambil keputusan dalam upaya pelestarian batik,
Yogyakarta,  (ANTARA News) - Sebanyak 45 mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Vietnam, Laos, Filipina, dan Thailand mengikuti kegiatan World Heritage Camp Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Kegiatan itu bertujuan agar peserta memahami warisan budaya baik benda maupun tak benda Indonesia, khususnya di DIY dan kaitannya dengan Konvensi UNESCO yang terkait dengan budaya," kata Kepala Seksi Pengelolaan Bidang Warisan Benda Dunia Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud, Anton Wibisono di Griya Batik Winotosastro Yogyakarta, Jumat.

Melalui program itu, menurut dia, generasi muda memiliki kesempatan untuk menyuarakan perhatiannya dan menjadi terlibat dalam perlindungan warisan budaya dan alam bersama. Program itu mendorong anak muda menjadi pengambil keputusan untuk upaya pelestarian terhadap ancaman terus menerus yang terjadi pada warisan dunia.

"Pemuda memiliki semangat yang besar dan kemampuan berpikir kritis yang mampu menjadi poros pendorong dalam usaha pelindungan dan promosi warisan budaya dunia di Indonesia. Batik Indonesia pada 2009 ditetapkan UNESCO sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak benda Dunia," katanya.

Ia mengatakan, batik sebagai warisan budaya tak benda perlu dipahami bahwa bukan hanya hal-hal yang bersifat bendawi saja, melainkan dituntut untuk memahami batik lebih dalam terutama pada tata nilai instrinsik batik yang sangat berharga.

"Pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi kegiatan itu mempertimbangkan muatan bimbingan teknis (bimtek) yang nantinya akan memberikan peserta pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan/kondisi batik saat ini," katanya.

Selain itu, Yogyakarta juga terkenal sebagai Kota Batik Dunia seperti yang telah ditetapkan oleh World Craft Council pada 2014.

Kepala Seksi Pengusulan Warisan Budaya Takbenda Bidang Warisan Benda DUnia Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud Hartanti Maya mengatakan peserta kegiatan itu diajak melihat kondisi perdagangan batik di sentra penjualan batik di Pasar Beringharjo sekaligus mewawancara pedagang untuk mendapat pengetahuan terkait batik langsung dari masyarakat.

Peserta juga diajak membuat batik untuk memberi pengalaman cara menghasilkan sebuah karya motif batik dan diberi pengetahuan oleh narasumber. Selanjutnya untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta, dilakukan debat dengan topik terkait batik yang sudah didapat.

"Melalui kegiatan itu diharapkan peserta yang merupakan generasi muda dapat terlibat dalam pelindungan batik sebagai warisan budaya Indonesia dan dunia. Mereka nanti yang akan menjadi generasi pengambil keputusan dalam upaya pelestarian batik," katanya.*

 

Baca juga: Batik Indigo Indonesia pikat warga Sri Langka

Baca juga: GKR Hemas buka Gebyar Batik Sleman 2018


 

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018