Jakarta (ANTARA News) - Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodhawardani mengatakan pendekatan budaya perlu dilestarikan sebagai penuntun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Di samping pendidikan kebhinekaan dan restorasi sosial yang saat ini tengah dijalankan oleh Pemerintah Indonesia, pendekatan budaya perlu untuk dilestarikan," kata Jaleswari di Jakarta, Sabtu.

Jaleswari menyampaikan bahwa menggunakan budaya sebagai penuntun untuk menciptakan kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidaklah dapat dicapai dengan mudah dalam waktu yang singkat.

Namun dengan adanya komitmen pemerintah yang senantiasa mendukung, pendekatan budaya dapat dipahami sebagai gerakan kultural satu abad yang layak diperjuangkan oleh seluruh warga negara Indonesia.

Dia menjelaskan bahwa pada era sensitivitas isu dengan mudah dapat diputarbalikkan dan menyulut perpecahan, berkaca pada Upacara Adat Seren Tahun, pendekatan budaya terbukti dapat menjadi salah satu alternatif solusi.

Kearifan lokal dalam pendekatan budaya memungkinkan terciptanya ruang dialog yang dapat menumbuhkan rasa toleransi dan menyatukan seluruh elemen masyarakat untuk hidup harmonis berdampingan.

Pernyataan tersebut juga telah disampaikan pada saat menghadiri diskusi budaya bertajuk "Memperkuat Keberlangsungan Pangan dan Memperkokoh Kedaulatan Budaya" di Gedung Paseban Panca Tri Tunggal, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Ahad (2/9).

Diskusi budaya bertajuk "Memperkuat Keberlangsungan Pangan dan Memperkokoh Kedaulatan Budaya" ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai latar belakang, seperti sesepuh adat Sunda Wiwitan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BNIP), pengamat kebijakan pemerintah, aktivis budaya, tokoh agama, pelestari naskah, akademisi dan masyarakat adat.

Diskusi budaya ini merupakan bagian dari rangkaian acara Upacara Adat Seren Taun Masyarakat AKUR Sunda Wiwitan yang berlangsung dari 29 Agustus hingga 3 September 2018.

Upacara Adat Seren Taun merupakan upacara adat yang diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 22 Rayagung Tahun Saka Sunda sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen masyarakat agraris dan permohonan untuk mendapatkan berkah di musim berikutnya.

Dalam kesempatan ini, Jaleswari menyampaikan pengalamannya menyaksikan ritual Tarawangsa yang dihadiri dan antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dalam ritual tersebut dapat diambil pelajaran tentang unsur rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, unsur kegotongroyongan dan unsur kerukunan antar masyarakat.  

Baca juga: KSP bicara peran generasi muda di Rusia
Baca juga: Presiden kedepankan dialog untuk Papua

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018