Magelang (ANTARA News) - Upaya melestarikan lereng gunung sebagai bagian dari konservasi lahan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan mengembangkan tanaman komoditas kopi arabika, seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Magelang Romza Ernawan di Magelang, kemarin, mengatakan bahwa upaya konservasi lahan di lereng Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, dan Telomoyo, dilakukan dengan mengembangkan kopi arabika.

Romza Ernawan menyampaikan hal tersebut usai menjadi pembicara dalam lokakarya "Membangun Jaringan Petani Tembakau Indonesia untuk Meningkatkan Kesejahteraan" yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Magelang.

Ia menuturkan pengembangan kopi arabika tersebut menggunakan alokasi anggaran baik dari APBD kabupaten, APBD provinsi maupun APBN.

Pada tahun ini dikembangkan tanaman kopi arabika di lahan seluas 500 hektare, yakni seluas 350 hektare berasal dari APBN dan sisanya dari APBD kabupaten Magelang dan APBD Provinsi Jateng.

"Pada 2019, Kabupaten Magelang bakal mendapat alokasi dari APBN lagi seluas 220 hektare," katanya dan menambahkan, tanaman kopi dipilih untuk konservasi karena komoditas ini mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Hal itu terindikasi dari harga kopi Indonesia dan dunia dalam lima tahun terakhir cenderung naik. Saat ini harga kopi arabika gelondong merah di atas 90 persen mencapai Rp11 ribu, sedangkan untuk jenis robusta Rp6.000 hingga Rp7.000 di tingkat petani.

Lereng Merapi, Merbabu, Sumbing, Telomoyo, dan Andong mempunyai ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut sehingga sesuai untuk pengembangan tanaman kopi arabika.

Ia menuturkan pengembangan tanaman kopi seluas 500 hektare tahun ini, berada di kawasan yang biasanya untuk tanaman tembakau dan sayuran yang potensi kerusakan lahannya luar biasa, karena penggundulan tanaman hijauan.
 

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2018