Perusahaan yang masing-masing bergerak di industri otomotif dan elektronik tersebut berniat membangun pabrik pengolahan limbah tandan sawit menjadi biodiesel
Pontianak (ANTARA News) - Dua perusahaan asal negara Korea Selatan yakni Hyundai dan LG yang juga bekerja sama dengan Universitas Tanjungpura Pontianak segera berinvestasi dan mengembangkan hilirisasi perkebunan kelapa sawit di Kalbar.

"Perusahaan yang masing-masing bergerak di industri otomotif dan elektronik tersebut berniat membangun pabrik pengolahan limbah tandan sawit menjadi biodiesel," ujar Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak, Thamrin Usman, saat bertandang ke Pendopo Gubernur Kalbar, Minggu.

Thamrin menjelaskan bahwa investor Korea Selatan tersebut sangat serius untuk membangun pabrik pengolahan biodiesel dari limbah sawit di Kalbar.

"Sebagai tahap awal akan dilakukan terlebih dahulu riset dan uji kelayakan. Universitas Tanjungpura dipercaya dan kerjasamanya menjadi tim riset," kata dia.

 Menurutnya investasi awal yang disiapkan sebesar Rp500 miliar. Namun apabila berhasil, akan ditambah lagi untuk perluasan area pabrik dan mesin produksi.

Tahap pertama kerja sama ini berupa "oil recovery" berdurasi satu tahun dengan masa kerja sama selama lima tahun

"Berhubung ini adalah pabrik maka lahan yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Investor butuh sekitar 2,5 hektare untuk pabrik berkapasitas produksi 150 ribu ton biodiesel per tahun. Namun ke depan bisa diperluas menjadi 25 hektare, untuk menghasilkan produksi 1,5 juta ton per hari," kata dia.

Thamrin menyebut investor Korea ingin memaksimalkan potensi SDM lokal. Oleh sebab itu, kerja sama yang diambil adalah kerja sama segitiga, melibatkan investor, Universitas Tanjungpura dan pemerintah.

 "Pabrik ini butuh banyak sekali pekerja lokal. Untuk tenaga ahli dari Universitas Tanjungpura saja, mereka akan menyerap 300-an orang," jelasnya.

Yoo M dari perwakilan perusahaan Korea Selatan menyebut bahwa pihaknya sudah memiliki teknologi tinggi dalam mengubah limbah sangat jelek menjadi biodiesel yang ramah lingkungan.

"Apabila hal ini bisa ditingkatkan menjadi skala industri, maka masalah lingkungan dari limbah sawit serta keluhan mahalnya bahan baku untuk biodiesel dapat teratasi secara bersamaan," papar dia.

Menurutnya jika proyek ke depan berjalan maka dapat diklaim sebagai program sawit bersih. Hal itu bisa menjadi kampanye kepada masyarakat dunia bahwa industri sawit di Kalbar ramah lingkungan.

"Dengan demikian dapat terhindar dari embargo dari negara-negara konsumen baik di Eropa maupun Amerika dan Jepang," papar dia.

Baca juga: Tingkatkan devisa, Kemenperin pacu hilirisasi industri CPO

Pewarta: Dedi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018