Kami percaya, defisit transaksi berjalan 2019 bisa dijaga di bawah tiga persen PDB
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan tekanan domestik, yang sedikit mereda, pada 2019 akan memberikan dampak positif kepada kinerja defisit neraca transaksi berjalan.

"Kami percaya, defisit transaksi berjalan 2019 bisa dijaga di bawah tiga persen PDB," katanya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin.

Mirza mengatakan sentimen domestik yang bisa membantu mengurangi tekanan terhadap defisit neraca transaksi berjalan adalah realisasi dari penjadwalan ulang proyek infrastruktur yang bermanfaat mengurangi impor bahan baku.

Selain itu, kata dia, pelaksanaan dari penggunaan energi biodiesel (B20) juga bermanfaat untuk mengurangi impor solar, yang selama ini menjadi salah satu penyebab tingginya defisit neraca transaksi berjalan.

"Jadi. upaya dari reschedule proyek infrastruktur yang sudah berjalan serta upaya pengurangan impor BBM dengan pencampuran B20," ujarnya.

Mirza mengharapkan perbaikan defisit neraca transaksi berjalan ini secara tidak langsung bisa memberikan efek positif kepada pergerakan nilai tukar rupiah pada 2019, yang saat ini masih bergejolak akibat tekanan global.

Realisasi defisit neraca transaksi berjalan yang hingga semester I-2018 tercatat sebesar 13,7 miliar dolar AS atau 2,6 persen terhadap PDB menjadi penyebab dari sisi domestik terjadinya perlemahan rupiah terhadap dolar AS.

Meski demikian, tekanan terhadap mata uang diperkirakan ikut berkurang pada 2019, sehingga volatilitas kurs diproyeksikan akan lebih rendah daripada 2018, seiring dengan berakhirnya normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral AS.

Menurut rencana, otoritas moneter dari negara adidaya tersebut akan mulai menghentikan penyesuaian suku bunga acuan pada 2019, sehingga investasi portofolio diperkirakan kembali masuk ke negara berkembang.

"Intinya 2019 itu kenaikan suku bunga AS sudah stop. Kalau sudah stop, tekanan dari sentimen negatif dari kenaikan suku bunga AS pada 2019 juga mudah-mudahan sudah hilang," ujar Mirza.

Saat ini, Bank Sentral AS diperkirakan masih akan melakukan penyesuaian suku bunga acuan sebanyak dua kali lagi hingga akhir 2018, dan akan melakukan hal serupa sebanyak dua atau tiga kali pada 2019.

Selain itu, berkurangnya dampak negatif dari perang dagang yang dilakukan China dan AS juga dapat membantu stabilisasi rupiah pada 2019 yang diperkirakan berada pada kisaran Rp14.300-14.700 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah bergerak ke level Rp14.850
Baca juga: Menilik defisit transaksi berjalan penyebab rentannya rupiah
Baca juga: Darmin Nasution katakan perlambatan ekspor sebabkan defisit transaksi berjalan


 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018