Addis Ababa (ANTARA News) - Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar menandatangani perjanjian perdamaian pada Rabu dalam temu puncak kawasan di Ethiopia.

Sudan Selatan terjerumus ke peperangan dua tahun sesudah memperkemerdekaan dari Sudan pada 2011 ketika perselisihan politik Kiir dengan Machar meledak menjadi bentrok tentara.

Kesepakatan perdamaian sebelumnya, yang ditandatangani pada 2015, berantakan setahun kemudian setelah bentrokan pecah antara pasukan pemerintah dengan pemberontak, yang memaksa Machar meninggalkan Juba, demikian Reuters melaporkan.

Perjanjian baru itu, ditengahi Sudan, mengembalikan Machar, mantan wakil presiden, ke perannya semula.

Baca juga: Sekjen PBB puji upaya bagi perdamaian Sudan Selatan

Amerika Serikat, Inggris dan Norwegia, yang dikenal sebagai Tiga Sekawan pengawas upaya perdamaian, menyambut penandatanganan kesepakatan Kiir, Machar dan kelompok lain itu.

"Kami mengharapkan pembicaraan tetap terbuka bagi yang belum meyakini keberlanjutan perjanjian ini," kata pernyataan mereka, "Kita harus merebut kesempatan kawasan lebih luas ini untuk mendapatkan perdamaian bagi rakyat Sudan Selatan."

Editor: Boyke Soekapdjo/Chaidar Abdullah
 

Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018