Yogyakarta (ANTARA News) - Ratusan perempuan dari berbagai organisasi wanita dan negara membahas pembangunan kapasitas dan penghentian kekerasan terhadap perempuan untuk mencapai kesetaraan hak asasi manusia (HAM).
   
Empat tokoh perempuan menjadi pembicara dalam diskusi panel yang diselenggarakan di ruang Pendopo Balkondes, Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Kamis, sebagai rangkaian kegiatan Sidang Umum ke-35 International Council of Women (ICW) dan Temu Nasional  Seribu Organisasi Perempuan di Indonesia.
 
Empat pembicara itu adalah Direktur Pusat Penelitian Sosial India Dr Ranjana Kumari, Perwakilan ICW untuk PBB Dr Mohinder Watson, Ketua LSM Komisi Vienna sekaligus anggota NCW USA Dr Sorosh Roshan, serta Wakil Pemred Metro TV Kania Sutisnawinata.
   
Para pembicara mengulas tentang upaya penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak, perlindungan perempuan dari kekerasan seksual, promosi hak perempuan dalam perlindungan sosial dan kesehatan, serta peran media dalam kesetaraan gender.
   
Menurut Dr Watson, meningkatkan  kesadaran masyarakat dimulai dari keluarga menjadi hal pertama yang perlu dilakukan.

Selain itu, seluruh pemangku kepentingan juga memiliki tanggung jawab dalam mempromosikan penghentian kekerasan kepada perempuan baik berupa kekerasan secara fisik maupun psikis.
   
"Mari kita gunakan kemampuan kita untuk memperbaiki kondisi masyarakat, kita bisa melakukan sesuatu," ajar Dr Watson.
   
Dia meminta perempuan tidak memberikan toleransi kepada kekerasan berbasis "gender" yang terjadi kepada masing-masing atau pun orang lain.
   
"Perlindungan terbaik bagi wanita adalah komitmen kita untuk melawan ketidakadilan gender. Saya pun berharap lebih banyak pria yang ikut seminar maupun pertemuan seperti ini agar mereka mengerti," ujar Watson.
   
.


Sementara itu, Dr Sorosh Roshan mengatakan seorang ibu harus mengajarkan kepada putri-putrinya mengenai hak-hak pribadi yang dimiliki oleh mereka untuk menghindari kekerasan.
   
Menurut Dr Sorosh, perempuan harus menyadari bahwa tubuh mereka memiliki hak yang tidak terpisahkan.
 
"Untuk itu terkait kebijakan, politisi harus memahami hal ini. Perempuan juga perlu diajarkan berpolitik dan kita harus memilih politisi yang menghargai peran wanita dan perlindungan bagi perempuan dan anak-anak," ujar Sorosh.

Sebelumnya  Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan, diskusi berfokus mengenai peningkatan kedudukan perempuan dan anak-anak di sejumlah sektor seperti pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
   
Dia berharap kegiatan dapat bermanfaat bagi perempuan baik sebagai peserta maupun organisasi hingga seluruh perempuan di Indonesia dan negara lain.

Indonesia menjadi tuan rumah acara Sidang Umum Dewan Perempuan Internasional (ICW) bersamaan dengan Temu Nasional 1.000 Organisasi Perempuan Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Grand Inna Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta.
   
Hingga pada Rabu sore (12/9), sejumlah delegasi dari 19 negara yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Belgia, Fiji, Filipina, Nigeria, India, Indonesia, Korea Selatan, Lebanon, Malta, Papua Nugini, Prancis, Selandia Baru, Singapura, Swiss dan Turki serta delegasi dari Taiwan telah tiba di hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta.
   
Acara itu diselenggarakan oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Kementerian BUMN dan didukung penuh oleh 35 BUMN. 

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2018