Jakarta,  (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan psikologis pelaku pasar akibat gejolak ekonomi global mempengaruhi arus modal masuk atau "capital inflow" ke Indonesia.

Ia menyebutkan, faktor-faktor global seperti kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Federal Reserve, perang dagang, serta krisis ekonomi di sejumlah negara berkembang memengaruhi arus modal masuk ke dalam negeri.

"Terutama yang berkaitan dengan arus modal portfolio, ini komponen yang penting terhadap SBN. Kepemilikan SBN oleh asing non residen 39 persen," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis.

Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, menyikapi hal tersebut pemerintah harus mengantisipasi tidak hanya soal jumlah suplai dan permintaan dolar AS, tapi juga aspek psikologis yang juga bisa mengganggu kinerja keuangan negara.

"Oleh karena itu, pemerintah bersama BI dan OJK mengoptimalisasi bauran kebiijakan, agar supply and demand bisa tetap diseimbangan, overshoot Rupiah karena psikologis juga bisa kita kurangi," kata Sri Mulyani.

Pada triwulan I 2018, arus modal masuk ke Indonesia mencapai 2,39 miliar dolar AS. Sedangkan pada triwulan II-2018 arus modal masuk mencapai 4,01 miliar dolar AS.

Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya capaian tersebut menurun. Arus modal masuk pada triwulan I-2017 mencapai 6,79 miliar dolar AS dan pada triwulan II-2017 5,34 miliar dolar AS.

Untuk nilai tukar Rupiah sendiri, kendati saat ini berada di level Rp14.800-an per dolar AS, namun secara rata-rata dari awal Januari 2018, Rupiah baru mencapai Rp13.977 per dolar AS (angka per 7 September 2018).

Untuk 2019, pemerintah mengasumsikan Rupiah akan berada di level Rp14.400 per dolar AS, di dalam proyeksi Bank Indonesia di kisaran Rp14.300-Rp14.700 per dolar AS.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, proyeksi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada 2019 tersebut didasarkan pada situasi pasar keuangan yang diprediksi lebih terkontrol pada tahun depan.

"Kami perkirakan situasi pasar keuangan pada 2019 lebih `controllable`, sehingga kami memberikan proyeksi APBN Rp14.300 sampai Rp14.700," ujar Mirza.

Baca juga: Pemerintah harus dorong investasi pascakenaikan bunga acuan BI

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018