"Dari pengalaman industri yang menerapkan industri 4.0, efisiensinya sangat tinggi antara 20 -30 persen"
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngakan Timur Antara, menyampaikan, langkah akselerasi penerapan industri 4.0 adalah mulai dari sosialisasi untuk menjadikan agenda nasional hingga menyiapkan kompetensi SDM dan infrastruktur digital.

“Kuncinya industri 4.0 itu antara lain SDM dan infrastruktur digital. Sementara teknologi diperlukan guna membangun konektivitas yang terintegrasi,” ujar Ngakan melalui keterangannya di Jakarta, Senin.

Menurutnya, revolusi industri 4.0 merupakan lompatan besar di sektor manufaktur, dengan pemanfaatan teknologi otomatisasi tinggi yang ditopang infrastruktur berbasis internet.

Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai proses produksinya.

Lebih lanjut, industri 4.0 dinilai mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sehingga akan terjadi penurunan biaya produksi.

Hal ini dapat menyebabkan harga produk tersebut turun, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya beli dan mudah dijangkau bagi kalangan berpendapatan rendah.

“Dari pengalaman industri yang menerapkan industri 4.0, efisiensinya sangat tinggi antara 20 -30 persen. Ini tergantung dari sektor industrinya,” ungkapnya.

Ngakan juga menyampaikan, implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sebesar 1-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar 5 persen menjadi 6-7 persen selama tahun 2018-2030.

Selain itu, rasio ekspor netto akan meningkat kembali sebesar 10 persen terhadap PDB. Kemudian,  terjadi peningkatan produktivitas dengan adopsi teknologi dan inovasi, serta mewujudkan pembukaan  lapangan kerja baru sebanyak 10 juta orang pada tahun 2030.

“Aspirasi besar yang ditetapkan, yakni  menjadikan Indonesia masuk pada jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun  2030," imbuhnya.

Guna mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan tersebut, pada tahap awal implementasi Making Indonesia 4.0, terdapat lima sektor industri yang diprioritaskan pengembangannya untuk menjadi pionir, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta elektronika.

Ngakan menambahkan, masyarakat tak perlu khawatir dengan penerapan industri 4.0, karena bukan untuk mengurangi tenaga kerja.

Tetapi justru sebaliknya, apabila anak-anak muda dipersiapkan dengan meningkatkan keterampilannya, akan memberi peluang lebih besar dalam menyerap tenaga kerja.

“Mereka tidak perlu kerja ke kantoran, ke mana-mana. Dengan menjadi ahli desain, mereka bisa bekerja di rumahnya sendiri. Melalui peralatan komputernya itu desainnya bisa dijual. Bisa menghasilkan produk di tempat yang tidak perlu besar, sehingga akan terjadi mass customize production,” paparnya.

Jadi, lanjut Ngakan, mereka bisa menghasil produk banyak sesuai pesanan dan sedikit sesuai selera masyarakat. Inilah yang akan membentuk kantong-kantong kerja yang baru.

Terkait penerapan industri 4.0 terhadap sekor industri kecil menengah (IKM), menurut Ngakan, Kemenperin  telah melatih keterampilan mereka melalui worskop e-Smart IKM agar bisa  memanfaatkan marketplace yang ada.

Hingga saat ini, program e-Smart IKM ini telah diikuti lebih dari 4.000 IKM. Pemberdayaan IKM melalui teknologi digital ini juga merupakan salah satu prioritas dalam Making Indonesia 4.0.


Baca juga: Revolusi Industri 4.0 buka kesempatan generasi muda kuasai ekonomi digital

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018