Kinshasa (ANTARA News) - Sebuah pesawat Antonov yang membawa bijih timah jatuh dan tiba-tiba terbakar tak lama setelah bertolak dari Kongo timur Minggu, sehingga menewaskan 13 orang yang naik pesawat itu, tapi satu pria muda dan satu bayi laki-laki selamat, kata pejabat dan warga. Pilot pesawat Rusia itu berusaha untuk kembali ke Kongolo di provinsi Katanga yang kaya-mineral di Kongo setelah timbul masalah mesin, tapi pesawat itu jatuh di dekat landasan pacu, Jean-Claude Kapange, kepala setempat badan informasi nasional kementerian dalam negeri, mengatakan. Pilot dan dua lagi awak Rusia termasuk di antara yang tewas, kata Kapange. Ia mengatakan pesawat itu telah dalam perjalanannya ke Goma, kota penting di provinsi North Kivu, dengan sekitar 9 ton kasiterit (timah oxid) dan mineral lainnya. Goma adalah tempat transit bagi banyak ekspor mineral dari Kongo timur. "Satu anak kecil dan satu penumpang lainnya berusia 20-an tahun telah diselamatkan sebelum pesawat itu terbakar," Faustin Lwamba, seorang warga Kongolo yang membantu dalam pertolongan itu, mengatakan melalui telpon dari kota tersebut, dan menambahkan bahwa keduanya dirawat di sebuah rumah sakit setempat. Ia mengatakan pencarian diteruskan di hutan untuk menemukan mayat pilot dan seorang wanita. Kekayaan mineral Kongo merupakan katalisator dalam perang 1998-2003 yang menghancurkan negara itu, yang menarik enam kesatuan tentara Afrika dan sejumlah kelompok pemberontak dan milisi etnik setempat, beberapa dari mereka masih meneror warga desa di bagian timur negara itu. Para pengkampanye mengatakan tambang untuk kasiterit dan mineral yang berharga lainnya benar-benar telah mengeksploitasi masyarakat setempat yang miskin yang bekerja di tambang yang berbahaya untuk mendapat upah yang rnedah, serta dapat meningkatkan ketidakstabilan dan kekerasan karena pengusaha dan milisi bersaing untuk menguasai sumber dan pendapatan negara itu. Penerbangan mineral juga telah memicu kekhawatiran akan keselamatannya. Pemerintah setempat telah menangguhkan penerbangan kasiterit ke Goma dari daerah tambang lainnya di North Kivu, Walikale, Juni karena kekhawatiran keamanan atas pesawat itu, yang mendarat dan berangkat di sebuah trayek jalan sementara sebuah landasan udara sedang akan dibangun. Perjalanan udara terkenal berbahaya di Afrika, tempat sebagian besar ruang angkasa tidak tercakup oleh radar dan pesawat yang sudah tua merana karena kurangnya perawatan dan suku cadang. Benua itu bertanggungjawab atas 18,5 persen dari kecelakaan pesawat terbang yang fatal tahun lalu, meskipun hanya memiliki 3 persen keberangkatan penerbangan global, menurut Jaringan Keselamatan Penerbangan yang bermarkas di Belanda, Reuters melaporkan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007