Jakarta (ANTARA News) - Mesin cetak tiga dimensi, atau printer 3D belum terdengar familiar di telinga orang Indonesia, padahal mesin ini dapat membantu memproduksi benda.

“Banyak yang belum kenal printer 3D, dianggap harganya mahal,” kata salah seorang pendiri BikinBot, Sony Soemarso, saat ditemui di Bekraf Habibie Festival, Kamis (20/9).

Printer 3D buatan BikinBot tentu berbeda dengan yang dipakai di manufaktur, bentuknya ringkas dan mudah dipindahkan, berukuran mulai diameter 12 centimeter dan tinggi 15 centimeter.

Pada prinsipnya, cara kerja printer 3D sama dengan printer biasa, hanya jika printer biasa mencetaknya di atas kertas, printer 3D membentuk benda yang memiliki dimensi panjang, lebar dan luas. Printer 3D buatan BikinBot dapat mencetak benda seperti pernak-pernik dari material plastik.
Contoh hasil cetak dengan printer 3D buatan BikinBot (ANTARA News/Natisha Andarningtyas)


Sama seperti printer biasa, printer 3D memerlukan file untuk mencetak benda. Printer tersambung dengan komputer atau pengguna dapat memindahkan file ke kartu memori dan menaruhnya di mesin pembaca kartu yang disematkan di printer 3D BikinBot.

Material untuk mencetak berupa gulungan plastik yang berbentuk seperti kabel, bernama filamen. 
 


Printer 3D akan mencetak lapisan demi lapisan hingga membentuk benda yang diinginkan. Durasi mencetak bergantung pada besar benda, misal benda setinggi 5 centimeter membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.

BikinBot memasarkan printer buatan mereka mulai harga Rp4,2 juta, antara lain sudah dipakai oleh sektor arsitektur untuk membuat maket bangunan atau event organizer untuk membuat merchandise.

Salah satu keuntungan membuat produk menggunakan printer 3D adalah tidak perlu lagi membuat cetakan atau moulding sehingga menghemat satu tahapan ketika mencetak produk.
 

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018