"...pasar sama sekali tidak memiliki respons penawaran yang memadai untuk hilangnya minyak dua juta barel per hari dari pasar"
Singapura (ANTARA News) - Harga minyak bisa naik menuju 100 dolar AS per barel menjelang akhir tahun atau pada awal 2019 karena sanksi-sanksi terhadap Iran mulai dilaksanakan secara penuh, kata pedagang komoditas, Trafigura dan Mercuria di Asia Pacific Petroleum Conference (APPEC) di Singapura, Senin (24/9).

Hampir dua juta barel per hari (bph) minyak mentah dapat dibawa keluar dari pasar sebagai akibat dari sanksi-sanksi AS terhadap Iran pada akhir kuartal keempat tahun ini, kata Daniel Jaeggi, presiden pedagang komoditas Mercuria Energy Trading.

Hal itu membuat harga minyak mentah mungkin melonjak menjadi 100 dolar AS per barel.

"Kami berada di ambang beberapa gejolak signifikan pada kuartal keempat 2018 karena tergantung pada tingkat keparahan dan durasi sanksi-sanksi Iran, pasar sama sekali tidak memiliki respons penawaran yang memadai untuk hilangnya minyak dua juta barel per hari dari pasar," kata Jaeggi seperti dikutip dari Reuters.

Washington telah menerapkan sanksi-sanksi keuangan terhadap Iran dan berencana untuk menargetkan ekspor minyak negara itu mulai 4 November, untuk menekan negara-negara lain dan memotong impor minyak mentah Iran.

Ben Luckock, ketua bersama perdagangan minyak di pedagang Trafigura, mengatakan harga minyak mentah bisa naik menjadi 90 dolar AS per barel pada Natal dan 100 dolar AS pada Tahun Baru karena pasar mengetat.

Harga minyak telah meningkat sejak awal 2017, ketika Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama dengan pemasok lain termasuk Rusia, mulai menahan produksi mereka untuk mengangkat nilai minyak mentah.

Gangguan yang tidak direncanakan dari Venezuela hingga Libya dan Nigeria semakin memperketat pasar ketika permintaan global mendekati 100 juta barel per hari untuk pertama kalinya.

Ancaman-ancaman gangguan serta pemotongan pasokan awal telah membantu mengangkat minyak mentah Brent berjangka ke hampir 80 dolar AS per barel bulan ini, level yang tidak terlihat sejak 2014.

Dengan sanksi-sanksi AS terhadap Iran, produsen terbesar ketiga di OPEC, semakin dekat, bank investasi AS J.P. Morgan mengatakan dalam pandangan pasar terbarunya bahwa "lonjakan hingga 90 dolar AS per barel dimungkinkan" untuk harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.

OPEC dan produsen minyak lainnya sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi sebesar 500.000 barel per hari untuk mengatasi penurunan pasokan dari Iran.

Namun pertemuan Komite Pemantau Bersama Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan non-OPEC (JMMC) di Aljazair, memutuskan pada Minggu (23/9), untuk mempertahankan tingkat produksi minyak saat ini, di tengah desakan dari AS untuk meningkatkan produksi minyak agar menahan kenaikan harga.

Baca juga: OPEC tolak naikkan produksi, Brent sentuh 81,2 dolar/barel

Baca juga: Trump kritik OPEC, minyak hentikan kenaikan beruntun

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018