Tahap prakualifikasi proyek akan dilakukan sekitar Oktober 2018
Jakarta (ANTARA News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama Kementerian Perhubungan menawarkan investasi pengembangan Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo, NTT, senilai Rp3 triliun dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).

Melalui kegiatan market sounding yang digelar di Jakarta, Selasa, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Wisnu Wijaya Soedibjo menyampaikan pengembangan Bandara Komodo dengan skema KPBU bertujuan bukan semata untuk membangun kompleks bandara internasional secara fisik, tetapi untuk menyediakan fasilitas bandara yang dapat memberikan pelayanan berkualitas bagi wisatawan khususnya mancanegara.

"Pemilihan skema KPBU dalam penyediaan infrastruktur ini tidak hanya atas pertimbangan keterbatasan anggaran semata, namun hal yang lebih penting adalah pemanfaatan partisipasi swasta yang memiliki pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk mewujudkan infrastruktur bandar udara yang lebih berkualitas dengan anggaran yang lebih efisien," katanya.

Kementerian Perhubungan tengah mengkaji potensi pelaksanaan skema KPBU pada beberapa proyek bandar udara.

Pengembangan Bandara Komodo dipilih menjadi proyek percontohan atau dengan pertimbangan peranannya untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Labuan Bajo, disamping pertimbangan potensi daerah sekitarnya yang menawarkan keindahan panorama alam dan kearifan lokal khas Nusa Tenggara Timur.

Direktur Bandar Udara Kementerian Perhubungan Polana B Pramesti menambahkan cakupan pekerjaan pembangunan dan pengembangan fasilitas Bandara Komodo dengan skema KPBU di antaranya adalah pembangunan dan pengoperasian bangunan terminal penumpang internasional dan terminal kargo, perpanjangan landasan pacu, dan pemeliharaan fasilitas bandar udara.

Pengembangan Bandara Komodo melalui skema KPBU dengan kebutuhan investasi Rp3 triliun itu terdiri atas Rp1,17 triliun biaya belanja modal (capital expenditure/capex) dan Rp1,83 triliun biaya belanja operasional (operational expenditure/opex).

Pengembalian investasi berasal dari tarif layanan pengguna jasa fasilitas bandar udara selama masa konsesi 25 tahun.

Proyek ini juga direncanakan akan mendapatkan penjaminan pemerintah (government guarantee) melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia.

Untuk tahap prakualifikasi proyek akan dilakukan sekitar Oktober 2018.

Turut hadir dalam kegiatan itu 150 peserta yang meliputi investor yang bergerak di bidang pengelolaan bandar udara, kontraktor, perbankan dan lembaga keuangan, konsultan serta asosiasi terkait dari dalam dan luar negeri.

Beberapa perusahaan swasta dan BUMN yang hadir antara lain GVK Services Indonesia, GMR Airport, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, PT Dirgantara Petroindo Raya, PT Cardig Aero Services Group, Muhibbah Engineering BHD, PT Wijaya Karya Bangun Gedung dan PT Sojitz Indonesia.

Selanjutnya PT Pembangunan Perumahan, Astra Infrastructure, Mitsubishi Corporation, Hyundai Engineering Co., Ltd, China Construction Eighth Engineering Division Corp. Ltd, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, BNP Paribas, Mitsui, Marubeni Corporation, ITOCHU Corporation, Indika Logistic, dan beberapa kedutaan besar negara sahabat.

Baca juga: Labuan Bajo, "surga" wisata bagi wisatawan
Baca juga: Presiden resmikan Bandara Komodo di NTT

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018