Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPRD DKI Jakarta, Rendhika D Harsono, turut berduka cita atas meninggalnya suporter Perjisa Jakarta, Haringga Sirila (23), yang tewas dikeroyok oleh oknum bobotoh, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Minggu (23/9).
 
"Kami (DPRD DKI) menyampaikan duka cita yang mendalam dan menyayangkan apa yang terjadi," kata dia, di Jakarta, Selasa. 
 
Ia pun berharap, agar semua pihak dapat menahan diri dari adanya informasi yang tidak akurat agar tidak menimbulkan kegaduhan baru. 
 
"Saya mengimbau kepada kedua belah pihak untuk berlaku sportif dan dewasa dalam menyikapi kejadian-kejadian di lapangan. Kita harus dapat menujukan prilaku suporter yang menjunjung tinggi sportivitas," ucap dia.
 
Namun demikian, politisi PPP ini kecewa terhadap tindakan pendukung Persib yang mengeroyok Haringga hingga di luar batas keadaban dan kemanusiaan hingga tewas. 
 
Bagi Harsono, hal itu telah merusak moral generasi muda dalam menjaga  keutuhan bangsa ini. Anak-anak muda seharusnya menjadi contoh sebagai calon-calon penerus bangsa.
 
"Jangan lanjutkan perdebatan ini. Kita koreksi sistem pendidikan akhlak di Indonesia ini demi menjaga generasi muda agar tidak rusak moralnya serta intoleran," tutur Harsono.
   
Sebelumnya, Haringga tewas dikeroyok secara sangat sadis oleh oknum Bobotoh di pelataran Stadion Gelora Bandung Lautan Api jelang Pertandingan antara Persib Bandung vs Persija Jakarta yang digelar di stadion itu. Saat itu terjadi, tidak ada satupun petugas untuk menggagalkan penganiayaan itu. Rekaman video yang muskil dilukiskan dengan kata-kata itu banyak beredar di media sosial.
   
Setelah diambil dari Rumah Sakit Sartika Asih, Bandung, Jawa Barat, jenazah Haringga sendiri langsung dimakamkan di kampung halaman orangtuanya di Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat.
 
Polisi sudah menetapkan delapan tersangka, yang beberapa di antaranya adalah anak di bawah umur (di bawah usia 18 tahun). Polisi hingga saat ini masih mencari dan memeriksa pelaku-pelaku lain penganiayaan sangat kejam secara berkelompok itu. 

Perseteruan berdarah hingga mengambil korban jiwa secara sia-sia telah terjadi di antara pendukung Persija dan Persib, yang tercatat terjadi sejak 2012. Laiknya di mana-mana terjadi, klub sepakbola memiliki penggemar yang terorganisir dan berafiliasi kepada klub pujaannya.

Kematian Harlingga karena dipersekusi secara sadis itu menjadi topik utama banyak warga jejaring media sosial, yang secara umum mengutuk keras kebiadaban itu. 

Bercermin pada tragedi Heysels, di Belgia pada 1985, klub-klub Inggris dilarang keras berlaga di berbagai kejuaraan internasional selama lima tahun berturut-turut menyusul tragedi di Stadion Heysel, saat Liverpool melawan Juventus. 38 orang tewas dan 600 lebih luka-luka serius karena ulah hooligan yang brutal. 

Setelah melalui penyelidikan sangat intensif dan penyebaran identitas serta foto para pelaku, polisi akhirnya bisa menangkap mereka.

Desakan kepada FA dan UEFA untuk melarang semua klub Inggris berlaga di kancah internasional justru berasal dari Perdana Menteri Inggris (saat itu), Margareth Tatcher. Selain lima tahun tidak boleh berlaga di kancah internasional, Liverpool mendapat tambahan tiga tahun hukuman lagi tentang itu. 

Dengan begitu, penerapan hukum positif dikedepankan kepada oknum pendukung klub yang adalah pelaku penganiayaan serta  hukuman organisasi kesepakbolaan diterapkan kepada klub yang memiliki pendukung dengan perilaku berbahaya, brutal, dan sadis.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018