Yang diukur adalah struktur gedung, yaitu kapasitas kekuatannya dan mekanisme kerusakannya.
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi untuk kota-kota besar.

"Sebagian besar kota-kota besar di Indonesia berada di zona ancaman seismik yang tinggi, karena itu BPPT menciptakan sistem untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana," kata Deputi Teknologo Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza di Jakarta, Kamis.

Hammam di sela-sela workshop mengenai kesiapsiagaan kota-kota besar menghadapi gempa bumi menambahkan teknologi yang dikembangkan PT tersebut yaitu SiJagat dan SiKuat.

SiJagat yaitu singkatan dari Sistem Kaji Cepat Risiko Gempa bumi Gedung Bertingkat, sedangkan SiKuat adalah Sistem Informasi Kesehatan Stuktur Gedung Bertingkat.

SiJagat digunakan untuk mengukur keandalan sebuah gedung terhadap ancaman gempa bumi, dan memberikan solusi berupa rekomendasi teknis.

Sedangkan SiKuat merupakan sistem monitoring kesehatan gedung yang dilakukan dengan memasang perangkat yang segera menginformasikan kondisi gedung setelah gempa terjadi.

Kegunaannya setelah terjadi gempa, untuk mengetahui apakah gedung masih aman atau tidak untuk ditempati.

Menurut Hammam, alat tersebut sudah dipasang di beberapa gedung bertingkat milik pemerintah di Jakarta setahun terakhir untuk uji coba.

Inovasi teknologi kebencanaan, kata Hamman, merupakan kata kunci yang mencoba mengoptimalkan peran teknologi bagi kesiapan dalam menghadapi bencana, yang juga dapat menumbuhkan sebuah kekuatan industri baru, yakni Industri yang bergerak di bidang kebencanaan.

"Teknologi ini bertujuan untuk membangun ketangguhan dalam menghadapi kemungkinan gempa bumi melalui mitigasi, pencegahan dan kesiapsiagaan," ujarnya.

Tujuannya, memberikan dukungan percepatan bagi proses tanggap darurat, dan penerapan teknologi dalam proses pemulihan pasca bencana.

Perekayasa Utama BPPT Mulyo Harris Pradono mengatakan, rentan tidaknya suatu gedung terhadap risiko gempa tergantung pada kapan gedung di bangun dan apakah gedung dibangun dengan standar tahan gempa.

"Yang diukur adalah struktur gedung, yaitu kapasitas kekuatannya dan mekanisme kerusakannya," kata Harris.

Kedua inovasi teknologi kebencanaan tersebut dihasilkan oleh Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) TPSA BPPT.*

 



Baca juga: BPBD Kota Bogor gelar simulasi penanggulangan bencana

 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018