London (ANTARA News) - Korps Garda Revolusi Iran pada Jumat mengatakan membunuh empat petempur di perlintasan perbatasan Saravan dengan Pakistan di Provinsi Sistan-Baluchestan di bagian tenggara Iran.

Kelompok keras di bagian tenggara Iran itu telah lama melancarkan serangan atas sasaran militer dan sipil guna mengangkat yang mereka katakan diskriminasi terhadap kelompok suku penganut Sunni di Iran, yang mayoritas penduduknya Syiah.

Dalam pernyataan disiarkan radio negara IRIB, Garda Revolusi mengatakan "pasukan Iran melumpuhkan empat teroris dan mencederai dua lagi. Anggota kelompok teroris lain melarikan diri ke negara tetangga", merujuk pada Pakistan, demikian Reuters melaporkan.

Ditambahkannya, tidak ada anggota dari pasukan Iran itu terluka dalam serangan tersebut.

Garda Revolusi menyatakan kelompok itu terkait dengan "kekuatan sombong dunia", tanpa memberikan rincian. Teheran menuduh Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi mendanai kelompok-kelompok militan Sunni. Tuduhan tersebut dibantah mereka, demikian Reuters melaporkan.

Provinsi Sistan-Baluchestan yang berpenduduk mayoritas Sunni telah lama dilanda kerusuhan mulai dari gang-gang penyelundup obat bius dan militan-militan yang ingin memisahkan diri.

Iran menyatakan kelompok-kelompok militan memiliki tempat berlindung di Pakistan dan memperingatkan pihaknya akan menghantam pangkalan-pangkalan mereka di sana jika Islamabad tak mengatasi mereka.

Langkah keamanan ditingkatkan di kawasan perbatasan setelah serangan pada Sabtu terhadap parade militer di bagian barat daya Iran. Sebanyak lima pria bersenjata membunuh 25 orang, hampir setengah di antara mereka adalah anggota Garda Revolusi.

Baca juga: Iran janjikan tanggapan "menghancurkan" jika AS sebut garda revolusinya kelompok teroris

Garda Revolusi Iran meminta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada Jumat menghormati "garis merah" Teheran atau menghadapi pembalasan, sementara Amerika Serikat dan sekutunya di Teluk meningkatkan tekanan terhadap Teheran untuk mengekang pengaruh kawasannya.

Iran menuduh Arab Saudi dan UAE mendanai lima pria bersenjata penyerang parade militer di Iran pada 22 September dan membunuh 25 orang. Arab Saudi dan UAE membantah terlibat dalam kejadian itu.

Garda Revolusi berjanji melancarkan pembalasan "mematikan dan tidak terlupakan".

"Jika Anda melintasi `garis merah` kami, kami akan tentunya melintasi `garis merah` Anda. Anda tahu badai yang bangsa Iran bisa ciptakan," kata Brigadir Jenderal Hossein Salami, deputi kepala Garda itu, yang dikutip kantor berita Fars.

"Hentikan buat persekongkolan dan ketegangan. Anda tidak terlalu kuat untuk dikalahkan. Anda duduk di rumah kaca dan tidak dapat menenggang balasan bangsa Iran ... kami telah menunjukkan sikap menahan diri," kata Salami, dalam pidato di hadapan jamaah sholat Jumat di Teheran.

Salami juga mengatakan kepada Amerika Serikat, yang dituduh Iran mendukung para penyerang dalam serangan 22 September di Ahvaz, untuk "menghentikan dukungan bagi teroris atau mereka akan menerima balasan". Washington telah membantah memiliki pengetahuan sebelumnya tentang kejadian tersebut.

Salami mengatakan Amerika Serikat, Israel, Arab Saudi dan UAE membentuk persekutuan untuk menekan Iran.

Iran, yang mayoritas penduduknya menganut Syiah, dan Arab Saudi -yang sebagian besar penduduknya menganut Sunni- merupakan musuh bebuyutan di Timur Tengah dan mendukung pihak berlawanan dalam perang di Suriah dan Yaman.

Editor: Boyke Soekapdjo

Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018