Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 5.000 sekolah di Indonesia mengajarkan Bahasa Jerman kepada siswanya, kata pimpinan Goethe-Institut Indonesia Heinrich Blomeke.

"Hal itu menunjukkan minat untuk belajar Bahasa Jerman sangat tinggi," katanya pada Konferensi Internasional Germanistik di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, untuk mendukung hal itu Goethe-Institut mengandalkan 46 multiplikator pada 23 lokasi. Para multiplikator itu merupakan instrumen yang paling penting untuk mempromosikan pelajaran Bahasa Jerman dalam konteks sekolah nasional.

Goethe-Institut menjangkau para pembelajar bahasa Jerman di sekolah-sekolah melalui kompetisi untuk para pembelajar.

"Kompetisi itu misalnya Deutscholympiade secara nasional, regional, dan internasional, kamp pemuda, proyek surat kabar sekolah online, dan program beasiswa," katanya.

Ketua Asosiasi Germanistik Indonesia Pratomo Widodo mengatakan bahwa dibandingkan dengan konferensi tahun 2010, pertemuan ilmiah kali ini berada pada situasi yang lebih baik, dalam arti sebagai tempat pertemuan dan pertukaran ilmiah.

"Dilihat dari segi jumlah dan keragaman peserta serta taraf keinternasionalan, konferensi ini telah mengalami banyak kemajuan. Kami menerima 97 abstrak yang berasal dari Indonesia, Thailand, Vietnam, India, Jerman, dan Australia," katanya.

Menurut dia, berkat integrasi Asosiasi Germanistik Indonesia ke dalam Asosiasi Germanistik dan Asosiasi Guru-guru Bahasa Jerman di kawasan Asia Tenggara, konferensi ini telah mendapatkan sambutan yang sangat baik.

"Sambutan yang sangat baik itu tidak hanya dari ahli-ahli Germanistik dan guru-guru Bahasa Jerman di lingkungan negara-negara ASEAN tetapi juga dari luar kawasan ASEAN," katanya.

Kepala Deutscher Akademischer Austauschdienst Perwakilan Jakarta, Thomas Zettler mengatakan kegiatan itu diharapkan dapat memberi kesempatan untuk pertukaran keilmuan secara intensif.

Selain itu juga memberi kesempatan kepada para mahasiswa dan ilmuwan-ilmuwan muda untuk melihat studi Bahasa Jerman dan Germanistik secara lebih luas, serta untuk menemukan dan mengembangkan berbagai kepentingan ilmiah.

"Konferensi itu memberikan kita kesempatan untuk memikirkan ulang berbagai hal tentang Bahasa Jerman pada kondisi saat ini dan pada masa depan," katanya.

Wakil Rektor IV UNY Senam mengatakan dalam konferensi diharapkan terjadi diskusi yang lebih beragam mengenai kajian di bidang pengajaran bahasa, budaya, dan sastra Jerman, serta German Studies.

"Kajian itu diharapkan tidak hanya dari kawasan Asia Tenggara, tetapi juga dari wilayah yang lebih luas di Asia dan mencakup Australia," katanya.

Konferensi Internasional Germanistik yang diselenggarakan UNY itu berlangsung selama dua hari, 28-29 September 2018. Konferensi dihadiri ratusan peserta dari Indonesia, Thailand, Vietnam, India, Jerman, dan Australia.*

Baca juga: Erudio School of Art gelar pameran seni di Goethe-Institut Jakarta

 

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018