Jakarta (ANTARA News) - Insiden pemukulan wasit karate Indonesia Donald Peter Luther Kolopita oleh empat oknum polisi Malaysia tampaknya akan terus bergulir ketika Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora) Adhyaksa Dault "memberikan restu" kepada setiap kontingen Indonesia yang berniat untuk memboikot kegiatan olahraga di Negeri Jiran itu. Pernyataan keras tersebut disampaikan Adhyaksa Dault saat menjenguk Donald yang mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta, Rabu. "Kalau seluruh masyarakat olahraga setuju untuk memboikot, kita akan lakukan itu," kata Adhyaksa yang disambut tepuk tangan para wartawan, usai mengejuk wasit yang masih terbaring lemah akibat pukulan empat oknum polisi itu. Adhyaksa yang didampingi sejumlah pejabat di jajaran Kantor Menegpora itu kembali mengulangi pernyataannya agar pemerintah Malaysia menyampaikan permintaan maaf atas pemukulan keempat polisi yang digambarkannya sebagai perbuatan biadab itu. "Saya berbicara sebagai pemimpin tertinggi dunia olahraga Indonesia. Apa sih susahnya menyampaikan permintaan maaf. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah menyampaikan permintaan maaf karena asap yang mengganggu negara tetangga itu," katanya. Namun Adhyaksa mengakui bahwa pemerintah Indonesia tidak bisa memaksakan kehendak agar Malaysia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat Indonesia, karena masalah tersebut tergantung kepada pribadi yang bersangkutan. Adhyaksa mengatakan bahwa ia sudah menyampaikan surat protes keras kepada pemerintah Malaysia dan ia meminta agar keempat polisi diadili secara terbuka dan masyarakat olahraga Indonesia khususnya diminta untuk terus memantau proses pengadilan. Menurut pihak dokter RS Pertamina, kondisi Donald saat ini relatif stabil dan organ mata dan telinga sudah berfungsi secara normal setelah mengalami cedera akibat benturan keras karena pukulan. Kepada Menegpora, Donald menceritakan kronologi kejadian, yaitu diawali ketika ia sedang mencari makan setelah rapat dengan tim wasit karateka Indonesia. Tim wasit melakukan rapat Kamis malam (23/8) hingga Jumat pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Donald kemudian keluar hotel berjalan untuk mencari makan. Tiba-tiba ada mobil van berhenti dan penumpangnya keluar dan langsung main pukul saja. "Saya sudah mengaku kontingen Indonesia dalam kejuaraan karate di Malaysia tetap saja tidak dihiraukan," katanya. Belakangan diketahui bahwa mereka adalah polisi reserse. Akibat peristiwa itu, ketua kontingen karate Indonesia Luhut B Pandjaitan memutuskan untuk menarik diri dari kejuaraan karateka se Asia di Negeri Sembilan, Malaysia, Sabtu (25/8) sebagai bentuk solidaritas dan protes atas kejadian yang menimpa Donald. Pada saat yang hampir bersamaan, ratusan karateka dari sejumlah perguruan karate melakukan aksi demo di depan Kedutaan Besar Malaysia di kawasan Kuningan. Mereka juga menuntut agar proses hukum dilaksanakan secara transparan terkait kasus penganiayaan yang dilakukan empat oknum polisi Diraja Malaysia terhadap Donald Luther Kolopita. Gabungan karateka ini antara lain dari PB Forki, Inkai (Institut Karate-do Indonesia), Inkado (Institut Karate-do), Perguruan Wadokai menggelar spanduk yang juga menuntut agar pihak Malaysia meminta maaf atas terjadinya kasus itu. Bersamaan dengan demo karateka, juga bergabung aksi demo dari kelompok pemuda yang menuntut hal yang sama kepada Kedubes Malaysia di Jakarta. "Kami menuntut agar proses hukum terkait kasus penganiayan terhadap wasit Donald dilaksanakan secara transparan," kata Hermawan Sulistyo, Sekjen Pengurus Pusat Institut Karate-do Indonesia (PP Inkai) di sela-sela aksi demo karateka yang mengenakan baju karate berwarna putih. (*)

Copyright © ANTARA 2007