Hari ini kita sudah bisa membentuk tujuh dapur umum lapangan di Palu
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Sosial membuka tujuh unit dapur umum lapangan di Kota Palu Sulawesi Tengah untuk memastikan kebutuhan makanan korban gempa dan tsunami di daerah tersebut.

"Hari ini kita sudah bisa membentuk tujuh dapur umum lapangan di Palu dan satu dalam perjalanan ke Donggala," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat yang dihubungi dari Jakarta, Senin.

Harry berada di Kota Palu untuk memastikan kebutuhan para korban terpenuhi. Dia mengatakan, Kemensos menargetkan setidaknya 12 dapur umum lapangan di Kota Palu.

"Besok mungkin kita coba masuk ke Sigi dan Parigi Moutong. Tapi memang tidak mudah karena BBM sulit, kalau BBM sudah tersedia mobilitas teman-teman kesana," tambah dia.

Selain sulitnya mendapatkan BBM, listrik, air, transportasi dan sarana komunikasi juga masih sulit diakses.

Lebih lanjut Harry mengatakan, yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini adalah makanan.

Sebelumnya Kementerian Sosial sudah menyiapkan bantuan logistik untuk penanganan masa tanggap darurat pascagempa bermagnitudo 7,4 yang mengguncang Donggala pada Jumat (28/9) petang hingga menyebabkan tsunami yang juga menghantam Kota Palu.

Bantuan yang disiapkan adalah 1.000 kardus makanan cepat saji, 2.000 velbed, 25 tenda serbaguna, 3.000 tenda gulung, dua paket perlengkapan dapur umum lapangan, 1.000 matras, dan 1.500 kasur.

Bantuan tersebut disiapkan dari Gudang Pusat Kemensos di Bekasi dan saat ini sudah berada di Bandara Halim Perdana Kesuma siap diberangkatkan ke Sulawesi Tengah.

"Salah satu kendala yang kita hadapi, kebutuhan makanan masih belum bisa didistribusikan karena masih berada di Halim, sementara bantuan yang didorong dari Makassar, Gorontalo, Morowali, Sulawesi Barat, Luwuk Timur dan Kalimantan Selatan, sudah sampai tapi tidak semuanya kebutuhan makanan," katanya.

Baca juga: Ribuan korban gempa masih tertimbun
Baca juga: Pemerintah akan menerima bantuan asing untuk Palu-Donggala

 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018