Makassar  (ANTARA News) - Mabes Polri mengirim tim Indonesia Automatic Finger Print Identification System (Inafis) gabungan dari Bareskrim Mabes Polri, Inafis Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Inafis Polda Jawa Timur (Jatim) ke Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

 "Sore tadi berangkatnya, naik pesawat Hercules di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar," ujar Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani di Makassar, Senin.

 Ia mengatakan pembentukan tim Inafis atau tim Identifikasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dilakukan Mabes Polri untuk mempermudah proses identifikasi di lokasi gempa dan tsunami.

 Kombes Dicky menyatakan tim Inafis gabungan yang diberangkatkan dipimpin langsung oleh AKBP Dharma dari Pusat Inafis Bareskrim Mabes Polri dengan dibantu Angga (Pusinafis), Rahmat (Sulsel) Aiptu Puji dan Muhammad Abduh dari Jatim.

 "Untuk sementara ini lima orang saja dulu. Nanti setibanya di Palu, mereka akan langsung bekerja dan dibantu oleh anggota Inafis lainnya dari Polda Sulteng," katanya.

 Dia menjelaskan, salah satu tugas dari tim Inafis ini adalah penentuan  identitas baik untuk orang yang hidup maupun yang sudah menjadi mayat, juga yang tidak dikenal, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut.

 Rupa orang tidak dikenal ini  dapat ditentukan berdasarkan orang yang pernah hilang sebelumnya melalui kesamaan  ciri-ciri, ujarnya.

 "Identifikasi forensik biasanya untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan proses peradilan, tapi bisa juga untuk hal lainnya seperti ini," ucapnya.

 Sebelumnya, pada Jumat (28/9), terjadi gempa bumi di Sulawesi Tengah, berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR). Akibat gempa tersebut, ratusan korban ditemukan dalam keadaan meninggal yang tidak diketahui identitasnya, sehingga dibutuhkan kemampuan Tim Inafis untuk mengungkap identitas para korban tersebut.

Baca juga: Polri kirim pasukan tambahan 1.400 ke Palu
Baca juga: Polri: Senin pemakaman massal korban gempa Sulteng

Baca juga: Polri: Sembilan polisi turut jadi korban gempa-tsunami di Palu
 

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018