Jakarta (ANTARA News) – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengangkat tema nasional “Mata Sehat untuk Semua” dalam perayaan Hari Penglihatan Sedunia tahun 2018. Dalam momen tersebut, Kemenkes  memerkenalkan Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional (Sigalih) yang akan diluncurkan pada 11 Oktober mendatang.

“Sigalih adalah aplikasi yang dapat mencatat pelbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan mata. Aplikasi berbasis web/android ini dapat mengenali gangguan penglihatan warga negara Indonesia melalui deteksi dini di Posbindu,” kata Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Anung Sugihantono, M.Kes saat berbincang dalam acara Media Briefing “Mata Sehat untuk Semua” di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) ada lebih dari 285 juta penduduk dunia yang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta di antaranya mengalami kebutaan, 124 juta dengan low vision serta 153 juta mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. 90 persen para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini hidup di negara dengan pendapatan rendah, yang jika dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan apa pun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan ini akan membengkak menjadi dua kali lipat pada tahun 2020. 

Ketua Persatuan Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) dr. M. Sidik, Sp.M (K) mengatakan bahwa penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak. 

Baca juga: Istirahatkan mata setiap dua jam setelah terpapar monitor

“Katarak itu adalah kondisi saat lensa itu keruh akibat proses penuaan. Biasanya katarak ini terjadi pada orang dewasa yang berusia 50-an. Penderita penyakit tertentu, seperti diabetes, juga dapat mengalami katarak,” jelas dr. Sidik.

Dokter yang berpraktik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ini juga menegaskan bahwa faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya katarak adalah sinar ultraviolet. “Paparan sinar UVB ini tinggi di negara kita yang tropis. Selain sinar, gizi kurang saat usia anak juga mempercepat terjadinya katarak,” bebernya.

Wakil Ketua Komite Mata Nasional dr. Aldiana Halim, SpM (K) mengungkapkan bahwa terdapat 6,4 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan sedang, berat, dan buta.

“Khusus untuk gangguan sedang dan berat (katarak dan kelainan refraksi) itu mencapai 5,1 juta orang dan buta mencapai 1,3 juta orang,” tegas dr. Aldi.

Dengan adanya SIGALIH, sambung dr. Anung, gangguan penglihatan dan kebutaan ini dapat dicegah. Atau pada mereka yang memang mesti mendapatkan tindakan mendapatkan pertolongan. 


Baca juga: Penderita katarak jangan khawatir, BPJS Kesehatan tetap melayani

Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018