Yang membedakan dengan Lombok, banyak material rumah bisa dipakai sehingga masyarakat bisa membangun sendiri
 Jakarta (ANTARA News)  - Pemerintah menanggung biaya rekonstruksi di sejumlah daerah yang terdampak gempa di Sulawesi Tengah.

 "Yang membedakan dengan (gempa dan tsunami) Lombok, di sana banyak material rumah yang bisa dipakai sehingga masyarakat bisa membangun sendiri, sedangkan di sini tsunami dan likuifaksi sudah hancur sehingga rekonstruksinya akan dikerjakan pemerintah," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono seusai menghadiri rapat terbatas mengenai Penanganan Dampak Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.
   
Likuifaksi atau lumpur dari bawah tanah dan menghanyutkan bangunan, fenomena itu membuat tanah bergerak yang mengakibatkan bangunan dan pohon terseret. Likuifaksi terjadi di beberapa daerah seperti di Kelurahan Petobo, kota Palu; jalan Dewi Sartika, Palu Selatan; dan Desa Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, kabupaten Sigi.
   
Menurut Basuki, tim PUPR baru hari ini dapat masuk ke Donggala dan Sigi untuk membantu para korban di sana. 
 
"Selanjutnya adalah membantu evakuasi korban bencana dengan mobilisasi 10 unit eskavator," tambah Basuki.
   
Kesepuluh unit eskavator itu terdiri dari enam unit di Petabo dan empat unit di Balaroa termasuk  satu eskavator dengan "stone breaker", satu unit "loader" di Balaora, empat unit "dump truk" (dua unit di Petabo dan dua unit di Balaroa). Selain itu masih ada tambahan dua eskavator dari Makassar. 
 
"Penyediaan sarana prasarana air bersih dan sanitasi karena listrik mati, PDAM mati, sumur bor tidak ada pompanya, jadi air dampaknya sulit. Kami mengutamakan ketersediaan air," ungkap Basuki.
   
Distribusi air bersih itu melalui dua mobil tangki, 15 unit hidran kapasitas 2.000 liter dan tiga unit "dump truk" serta mulai dipaang 15 unit WC "knock down" yang sudah terpasang.
   
Sedangkan sarana prasarana lain masih akan dikirim dari Makasar, Surabaya dan Bekasi yaitu mobil tangki air, 25 unit hidran 2000 liter, 45 WC knock down, 34 tenda darurat, 5 unit dump truck, tiga unit mobil IPA dan empat unit mobil tinja, tiga unit genset.
   
"Selanjutnya kami juga akan melakukan pembersihan kota dari puing-puing bangunan tsunami," tambah Basuki.
   
Kementerian PUPR melakukan mobilisasi tiga unit eskavator, lima "loader", empat "dump truck", satu "grader" termasuk di ruas Palu-Donggala.
 
Pembersihan itu ditargetkan paling lambat berlangsung selama dua pekan hingga Oktober 2018. Selanjutnya konektivitas juga sudah terhubung sehingga Palu bisa diakses dari Gorontalo, Mamuju dan Poso.
   
"Bedanya bencana Aceh, Lombok dan Palu, di Palu ada gempa tsunami dan likuifaksi, perumnas Balaroa itu karena likuifaksi dan Petobo itu besar sekali air keluar dari perbukitan, Balaroa menjadi tenggelam yang karena likuifaksi. Kemarin ada 4 alat (berat) masuk (ke perumnas Balaroa) dan mendapati 32 (jenazah), di sana ada 1.332 rumah," jelas Basuki.
   
Tipe gempa yang terjadi di Palu juga berbeda dengan yang terjadi di Lombok beberapa bulan lalu.
 
 "Desain kotanya beda dengan Lombok, di Lombok (kerusakan) menyebar, tapi kalau ini ada di Pantai Talise yang menuju ke Kebon Kopi yang banyak pemukiman, kemudian pantai Kebon Kopi, Balaroa dan hotel-hotel jadi di titik-titik tertenu, kami rencanakan 2 minggu setelah ini puing-puing kita kumpulkan di satu tempat dan kita bakar untuk menghindari kesan tsunami yang membuat trauma," tambah Basuki.

Baca juga: Pengadaan listrik dan BBM jadi prioritas di Sulteng
Baca juga: BNPB: Pengungsi bencana Sulteng 61.867 jiwa

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018