Sekitar 30 ton bantuan masih ada di Bandara Halim. Kemensos mencarter satu pesawat tapi masih antre
Jakarta (ANTARA News) - Lebih dari 30 ton bantuan berupa logistik yang disiapkan Kementerian Sosial untuk masa tanggap darurat gempa bumi dan tsunami di Donggala-Palu Provinsi Sulawesi Tengah masih berada di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta menunggu antrean penerbangan.

"Sekitar 30 ton bantuan masih ada di Bandara Halim. Kemensos mencarter satu pesawat tapi masih antre," kata Staf Ahli Menteri Sosial, Prof Syahabuddin di Forum Merdeka Barat (FMB9) di Jakarta, Selasa.

Logistik yang disiapkan tersebut diambil dari gudang pusat Kemensos di Bekasi terdiri dari 1.000 kardus makanan cepat saji, 2.000 velbed, 25 tenda serbaguna, 3.000 tenda gulung, dua paket perlengkapan dapur umum lapangan, 1.000 matras, dan 1.500 kasur.

Sementara menunggu logistik tersebut, bantuan logisitik yang ada di gudang Kemensos di Makassar, Gorontalo dan Mamuju sudah digerakkan ke Sulawesi Tengah.

Bantuan dari Gudang Kemensos Regional Timur yang ada di Makassar yang didistribusikan melalui jalur darat terdiri dari 100 velbed, dua tenda serbaguna keluarga, 1.500 matras, 3.000 selimut, 200 family kit, 200 kids ware, 100 tenda gulung, 345 food ware, dan 100 paket sandang.

Selain itu Kemensos juga memobilisasi kendaraan siaga bencana dari daerah penyangga berupa mobil rescue, truk, dan terutama mobil dapur umum lapangan yang bisa digunakan untuk memasak cepat dalam jumlah besar.

Kondisi Kota Palu yang diguncang gempa dan dilanda tsunami menyebabkan kerusakan parah di daerah tersebut termasuk memutus aliran listrik, air bersih, BBM dan sarana transportasi serta komunikasi sehingga pendistribusian bantuan sempat terkendala.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa pada bencana tersebut hingga Selasa pukul 13.00 WIB sebanyak 1.234 orang dan 61.867 orang mengungsi.

Baca juga: Pemerintah hanya terima enam bentuk bantuan asing
Baca juga: BNPB butuh 2000 tenda untuk pengungsi gempa

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018