Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 49 persen base transceiver station (BTS) dari total 3.494 di Sulawesi Tengah telah beroperasi setelah mendapat pasokan listrik.

Dalam Forum Merdeka Barat 9 di Gedung Kominfo, Jakarta, Selasa, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mangatakan pada saat hari pertama terjadi bencana pada Jumat (28/9) petang, BTS yang beroperasi hanya 12 persen di seluruh Sulawesi Tengah dan menurun menjadi 11 persen sehari setelahnya.

"Sejalan listrik masuk, BTS yang beroperasi 49 persen di Sulawesi Tengah. Permasalahannya distribusi tidak merata," tutur dia.

Di Palu kini BTS yang beroperasi 25 persen dari 1.119 BTS yang ada, di Donggala 25 persen dari 230 BTS dan di Sigi 24 persen dari 274 BTS.

Sejumlah genset pun dioperasikan untuk memasok listrik yang dibutuhkan BTS dengan solar yang dipastikan pasokannya tidak akan kekurangan.

Baca juga: PLN manfaatkan 10 genset tambahan

Apabila pada 5 Oktober 2018 aliran listrik telah jauh membaik daripada saat ini dengan aktivasi gardu induk serta transmisi jaringan yang siap dialiri listrik, ia yakin BTS yang dapat beroperasi semakin banyak.

Ia memperkirakan BTS dapat beroperasi setelah 2-4 jam setelah mendapatkan pasokan listrik. Namun hanya BTS yang tidak mengalami kerusakan atau roboh.

"Kalau listrik masuk bertambah lagi (BTS beroperasi), itu pun hanya di lokasi yang struktur tower tidak masalah, tower yang roboh, ambles lebih panjang lagi karena harus diganti dulu," ucap Rudiantara.

Komunikasi disebutnya sangat penting sehingga Kominfo melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) telah mengirim 65 telepon satelit ke Palu, Donggala dan sekitarnya yang digunakan regu penyisiran korban.

Di Kota Palu, PT Telkom menghidupkan Wi-Fi gratis di 10 lokasi, di Donggala juga 10 lokasi dengan total di Sulawesi Tengah 37 lokasi Wi-Fi gratis untuk masyarakat.

Baca juga: Kominfo temukan sejumlah hoaks berkaitan gempa Donggala

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018