Kebohongan publik adalah pelanggaran nilai moral yang berpotensi meningkat menjadi pelanggaran norma hukum.
Jakarta (ANTARA News) – Pembicaraan Ratna Sarumpaet mendadak menjadi trending topic warganet di jagat Twitter, terutama dengan topik #SaveRioDewanto, #ratnasarumpaet, #KebohonganRatna, hingga #operasiplastik. 

Beragam cuitan membanjiri hashtags tersebut. Salah satunya dalam #KebohonganRatna yang dituliskan oleh salah satu Tweepers Rexy Ambarwati. 
 

Psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto melihat bahwa kasus kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet itu belum bisa dideteksi lebih lanjut. 

“Apakah ia kuatir mengenai persepsi mengenai oplas dan asal dananya, terutama dalam kondisi Indonesia tengah berduka pasca tragedi Toba, Lombok, dan Palu. Apakah memang ada intensi untuk memanfaatkan kondisi lebam untuk tujuan tertentu. Atau ia ingin mendapatkan perhatian,” ungkap Kasandra saat dihubungi Antara, Rabu. 

Baca juga: Ungkap kebohongan Ratna Sarumpaet, Polri redam gejolak masyarakat

Pemilik lembaga konsultasi psikologi Kasandra & Associates Kasandra menyebutkan bahwa kemungkinan-kemungkinan tersebut mesti ditelusuri terlebih dahulu berdasarkan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan dan nantinya akan diketahui dari hasil penyidikan. 

“Kebohongan publik adalah pelanggaran nilai moral yang berpotensi meningkat menjadi pelanggaran norma hukum. Apalagi, bila hal tersebut dilakukan dengan sengaja untuk membangun persepsi tertentu. Hal itu berdampak sangat luar biasa di kala Indonesia sedang ‘sensitif’ dalam kondisi pascatragedi Toba, Lombok, dan Palu,” terang psikolog alumnus Universitas Indonesia.

Baca juga: Tompi sebut bengkak wajah Ratna Sarumpaet bekas operasi

Menurut Kasandra, pelaku kebohongan ini memiliki konsekuensi terhadap hancurnya image, sanksi sosial hingga hukum. 

“Berbohong tidak ada yang baik, white lies sekali pun. Termasuk menunda, menahan informasi dengan sengaja sampai memanipulasi informasi. Kecuali dengan tujuan melindungi nyawa dan kondisi psikologis seseorang,” tegas psikolog kelahiran 17 Februari ini. 

Menurut Kasandra, berbohong dalam konteks yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet ini adalalah untuk mengembalikan citranya setelah melakukan kebohongan. 

“Melakukan permohonan maaf secara tulus, menerima segala konsekuensi dengan lapang dada, dan melakukan perubahan perilaku secara konsisten dengan komitmen untuk tidak melakukannya lagi,” pungkasnya. 

Baca juga: Tompi maafkan kebohongan Ratna Sarumpaet

(KR-ANG)

Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018