GMF lebih banyak menghasilkan dolar dan penetrasi di pasar regional Asia Pasifik sangat tinggi,
Jakarta (ANTARA News) - Maskapai Garuda Indonesia telah menyiapkan dua langkah untuk menghadapi pelemahan rupiah, yaitu menggenjot pendapatan dolar AS dan memangkas biaya.

Komisaris Utama Garuda Indonesia Agus Santoso saat di temui di “Garuda Indonesia Travel Fair”, Jakarta, Jumat, mengatakan penngkatan pendapatan itu dengan cara mendorong anak perusahaanya, yaitu GMF AeroAsia yang memiliki pasar asing lebih banyak dan salah satu perusahaan perawatan terbesar di kawasan Asia Pasifik.

“GMF lebih banyak menghasilkan dolar dan penetrasi di pasar regional Asia Pasifik sangat tinggi,” katanya.

Agus menambahkan saat ini pihaknya mulai mengolaborasikan GMF dengan Merpati Maintenance Facility (MMF).

“Kalau GMF saja kita dorong untuk memasarkan secara potensial ke luar negeri enggak kuat. Untuk itu dibutuhkan ekspansi berupa kerja sama operasi dengan MMF di Surabaya,” katanya.

Sementara untuk pemangkasan biaya operasional, menurut dia, diperlukan strategi untuk penghematan bahan bakar dengan menyesuaikan tipe pesawat dengan kondisi bandara serta rute di Indonesia.

Agus menilai tipe pesawat CRJ-1000 Bombardier tidak cocok untuk dioperasikan di wilayah Indonesia karena membutuhkan bahan bakar yang banyak. Sementara penumpang yang diangkut sedikit dibandingkan dengan pesawat ATR.

“Kita akan evaluasi penerbangan yang disesuaikan dengan tipe pesawatnya, ada Boeing 737, Airbus 320, Airbus 330 dan ATR. Bahan bakar ATR yang keluar lebih sedikit dibanding CRJ. CRJ itu kurang efisien untuk Indonesia,” katanya. 

Selain itu, lanjut dia, rute-rute juga akan dievaluasi mana yang menguntungkan dan mana yang justru membuat biaya operasional membengkak.

Baca juga: Garuda bakal perbanyak penjualan tiket di luar negeri

Baca juga: Garuda siapkan 10 penerbangan tambahan selama Pertemuan IMF

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018