Kami berharap dalam pelatihan nanti juga ada sesi khusus pelatihan bahasa Inggris agar pelatih bisa semakin berkembang, dan bisa mendapat kesempatan belajar ke luar negeri
Bukittinggi, Sumbar (ANTARA News) - Sekretaris Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Marheni Dyah Kusumawati menyatakan rendahnya kemampuan bahasa Inggris pelatih dan instruktur olahraga menjadi kendala dalam pengembangan diri mereka, meski dalam praktik penguasaan keilmuan sudah memadai.

"Kendala utama, tidak paham bahasa Inggris, padahal mereka jago dalam praktik dan menguasai secara keilmuan," kata Marheni saat membuka Pelatihan Pelatih dan Instruktur Olahraga di aula SMA Negeri 1 Bukittinggi, Jumat.

Menurut Marheni, kendala tersebut harus segera diatasi karena sejago apapun pelatih dan instruktur, karir mereka sulit untuk berkembang dan bisa mentok hanya karena tidak menguasai bahasa Inggris.

"Kami berharap dalam pelatihan nanti juga ada sesi khusus pelatihan bahasa Inggris agar pelatih bisa semakin berkembang, dan bisa mendapat kesempatan belajar ke luar negeri," katanya.

Program pelatihan tersebut merupakan bagian dari Program 100.000 Pelatih dan Instruktur Olahraga yang diluncurkan oleh Kemenpora sepanjang 2018 demi menciptakan pelatih yang berkualitas dan menjawab tantangan kebutuhan pelatih, terutama di tingkat paling bawah.

Acara pembukaan pelatihan tersebut diikuti sekitar 500 peserta. Selain itu, juga dihadiri oleh Wakil Wali Kota Bukittinggi Irwandi, Ketua KONI Kota Bukittinggi Dipha Arkendi dan Panitia Pelaksana Ridwan Maret.

Lebih jauh Marheni menegaskan sukses Asian Games 2018 yang berakhir 2 September lalu telah membuka mata banyak masyarakat bahwa jalur olahraga sekarang sudah bisa dijadikan sebagai pilihan hidup, terutama bagi mereka yang berprestasi.

Besarnya perhatian pemerintah dengan menggelontor bonus Rp1,5 miliar bagi peraih emas membuat profesi sebagai atlet tidak bisa lagi dipandang sebagai profesi yang tidak menjanjikan masa depan.

"Termasuk guru pendidikan jasmani yang menjadi motor utama dalam permasalaann kegiatan olahraga di sekolah," katanya.

Namun, ia juga menyayangkan karena masih banyak ditemui guru penjas yang sudah diangkat jadi PNS, justru tidak mau lagi melatih.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bukittinggi Irwandi mengatakan pihaknya sudah menyiapkan program untuk menjadikan kotanya sebagai pusat kegiatan olahraga dan pariwisata, mengikuti sukses Tour de Singkarak yang sudah menjadi ikon Sumatera Barat.

Salah satu program yang siap diluncurkan dalam waktu dekat adalah lomba lari pada malam hari atau International Night Run.

"Para peserta International Night Run akan berlomba mengitari seluruh sudut kota yang banyak tangga karena kontur kota yang berbukit bukit," katanya.

Menurut Irwandi, Kota Bukittinggi yang hanya seluas 25 km persegi dengan total penduduk sekitar 120.000 jiwa itu siap memberikan sensasi baru dan unik dengan menggelar kejuaraan tersebut.

Gelaran International Night Run ini akan semakin mengokohkan kota bertajuk Paris Van Sumatera tersebut sebagai daerah tujuan wisata utama di Sumatera Barat.

Baca juga: Kemenpora: Tidak ada perbedaan bonus atlet
Baca juga: Kemenpora: perjalanan timnas U-16 masih panjang
Baca juga: Kemenpora janjikan santunan atlet korban gempa Palu

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018