Peran serta TNI melalui operasi nonmiliter dalam bantuan terhadap korban bencana sangat luar biasa. Penyaluran logistik dan evakuasi korban menggunakan pesawat Hercules. Pelibatan pencarian para korban yang masih belum ditemukan..."
Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR dari Fraksi Partai NasDem, Ahmad Sahroni, menilai, peran TNI dalam operasi nonmiliter bencana alam seperti gempa di Lombok (NTB), gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah patut diapresiasi karena TNI secara total, aktif membantu penyaluran logistik, pencarian dan evakuasi korban hingga rehabilitasi.

"Peran serta TNI melalui operasi nonmiliter dalam bantuan terhadap korban bencana sangat luar biasa. Penyaluran logistik dan evakuasi korban menggunakan pesawat Hercules. Pelibatan pencarian para korban yang masih belum ditemukan hingga proses pembangunan atau rehabilitasi keseluruhannya melibatkan unsur TNI," kata Sahroni dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat.

Namun demikian, di usianya yang ke-73, TNI juga harus terus meningkatkan sinergitas dengan aparat lembaga penegak hukum.    

Peran aktif TNI dalam operasi nonmiliter sangat dibutuhkan, mengingat tantangan ke depan akan semakin kompleks.

Menurut anggota Komisi III DPR ini, sinergitas kerja sama antara TNI dan penegak hukum bisa lebih dimaksimalkan di daerah-daerah tertentu, seperti di wilayah pintu masuk Indonesia, dalam hal ini wilayah perairan dan perbatasan.

Selama ini, kata Sahroni, sudah banyak upaya penegakkan hukum di wilayah perairan dan perbatasan yang dilakukan oleh TNI pada tahun 2018. Diantaranya penangkapan kapal MV Sunrise Glory yang memuat tiga ton sabu-sabu di perairan Selat Phillip perbatasan antara Singapura dan Batam, oleh KRI Sigurot 864 yang dikomandani Mayor Laut Arizzona.

Ada pula penangkapan illegal fishing, akhir bulan lalu. Ketika itu TNI Angkatan Laut dalam hal ini KRI Sutedi Senoputra (SSA)-378 yang melaksanakan Operasi Malaka Sagara-18 berhasil menangkap satu Kapal Ikan Asing berbendera Vietnam di perairan Anambas, karena melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah NKRI (ZEEI) secara ilegal.

Kemudian, pada tanggal 3 Maret 2018, patroli laut dari pangkalan TNI AL (Lanal) Lhokseumawe menangkap satu kapal bermuatan 8 ton pakaian, 2 ton pakan ayam dan 210 ekor ayam jago asal Thailand saat berlayar di perairan Aceh Tamiang.

"Masih banyak contoh penangkapan penyelundupan yang digagalkan oleh TNI di wilayah perbatasan. Walaupun secara UU dinyatakan peran TNI sebagai penjaga kedaulatan, penjagaan keamanan dan penegakan hukum di wilayah perbatasan dirasakan sangat memerlukan sinergitas antara lembaga penegak hukum dengan TNI," jelas Sahroni.

Ia menilai dari sisi sinergis memang sudah ada peningkatan antara TNI dan Polri. Gesekan antar personil diantara kedua institusi itu menurun drastis pada 2018. Keberhasilan itu merupakan buah dari komunikasi aktif antara para petinggi TNI dan Polri.

"Panglima TNI dan Kapolri sama-sama berkomitmen akan meningkatkan sinergitas. Keduanya juga berpesan kepada jajarannya untuk menjaga kekompakan satu sama lain, termasuk dengan lembaga lain," ucapnya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018