Jakarta (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mewisuda 100 gladiator lulusan program Born to Protect.

Program yang digagas Xynexis International dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika itu tidak hanya mencari talenta, tetapi juga membimbing dan mendidik anak muda untuk terjun ke industri keamanan siber.

"Dari tahun lalu Kominfo berpikir siapa yang mau menangani serangan siber. Kita cari anak muda yang mau fight, namanya gladiator," ujar Rudiantara di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Jumat.

"Mereka sudah tersertifikasi yang diharapkan menjadi cikal bakal memproteksi kita baik dari sisi pemerintah, swasta, peruguruan tinggi, organisasi apapun yang berpotensi diserang melalui jaringan siber," sambung dia.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam acara final program kompetisi keamaman siber Born to Protect di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Jumat (5/10/2018). (ANTARA News/Arindra Meodia)

Menyaring talenta muda, program Born to Protect menarik minat 8.661 orang untuk mendaftarkan diri secara online. Program tersebut selanjutnya melakukan audisi di 10 kota yang kemudian tersaring 1.000 orang di babak semifinal.

Pada tahapan semifinal 1.000 peserta diadu keahlian online lewat platform Capture the Flag (CTF), di mana 1.000 peserta tersebut mendapatkan sertifikasi internasional dari EC-Council.

Peringkat 100 terbaik kemudian ikut dalam Digital Camp (Digicamp) untuk dididik secara khusus.

"Selama dua minggu Digicam, para gladiator antusias dan semangat sekali, dan ternyata bakat mereka luar biasa,"ujar CEO PT Xynesis International, Eva Noor, dalam kesempatan yang sama.

Selama dua minggu 100 peserta tersebut mendapat training untuk Network Defender dan Ethical Hacking, juga mendapatkan sertifikasi internasional tambahan lagi.

Dari 10 kota, Eva menjelaskan bahwa Palembang memiliki peserta terbanyak, yaitu 20 peserta, kemudian Malang dengan 14 peserta, selanjutnya Jogjakarta dengan 10 peserta.

Kisaran usia peserta yang paling banyak mengikuti program tersebut adalah 16-22 tahun. Hal ini, menurut Eva, menjukkan betapa besarnya potensi anak muda.

"Kita harapkan talenta muda ini bisa berpotensi ke arah positif. Ke depan Indonesia butuh banyak sekali keamanan siber. Ini belum selesai, masih ada proses penyaluran, proses magang, training, dan lainnya," kata Eva Noor.

Hal senada juga disampaikan Menkominfo Rudiantara, bahwa talenta muda lulusan program Born to Protect tersebut dimanfaatkan oleh industri.

"Kominfo sendiri tidak menyatakan 100 orang ini untuk Kominfo, ini untuk industri, siapa saja bisa memanfaatkan mereka yang telah melalui proses yang panjang dan telah tersertifikasi," ujar Rudiantara.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018