Koordinasi penanganan gempa masih sangat kurang, listrik mati, bahan bakar sulit, air bersih sulit
Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Kegawatdaruratan Kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia telah mengirimkan satu tim nasional dari Jakarta untuk membantu korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

"Satu tim nasional dari Jakarta sudah diberangkatkan menuju Palu dan Donggala untuk bergabung dengan tim daerah MER-C yang sudah di sana lebih awal," kata Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad kepada Antara di Jakarta, Sabtu.

Ia menjelaskan bahwa tim nasional dari Jakarta itu di antaranya dokter ahli orthopaedi (bedah tulang) dr Yogi Prabowo, SpOT, dr. Arief Rachman Sp.Rad, perawat dan tim pendukung lainnya.

Sarbini menjelaskan bahwa setelah terjadi gempa yang disertai tsunami di Donggala dan Palu, Sulteng, pada Jumat (28/9) 2018 dengan kekuatan 7,7 Skala Richter -- yang kemudian divalidasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjadi 7,4 SR -- MER-C segera segera mengirimkan tim penilaian awal bencana (initial assessment of disaster) untuk menembus Palu.

Tim yang ditugaskan sebanyak empat surelawan, yang dipimpin dr Andi Fajar Wela dengan menempuh jalur darat.

Rute yang ditempuh adalah Mangkutana-Poso- Napu- Palu.

Pada Minggu (30/9) sekitar pukul 05.00 WITA tim berhasil mencapai Palu dan segera melaporkan diri ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Dinas Kesehatan setempat.

Usai berkoordinasi, tim segera bergerak melakukan penilaian ke wilayah dan fasilitas terdampak gempa.

Kemudia, Ketua Tim Advance MER-C dr Andi Fajar Wela melaporkan hasil temuan tim di lapangan, yaitu koordinasi yang ada masih sangat kurang, listrik mati, sulitnya bahan bakar dan air bersih serta rumah sakit yang ada juga rusak berat.

"Koordinasi penanganan gempa masih sangat kurang, listrik mati, bahan bakar sulit, air bersih sulit. Rumah sakit (RS) di Palu juga rusak berat yang mengakibatkan pelayanan medis lumpuh," kata Andi Fajar Wela.

Rusaknya fasilitas dan banyaknya sumber daya kesehatan yang turut menjadi korban menyebabkan korban dilayani apa adanya.

Selain itu, banyak korban akibat gempa, tsunami, dan likuifaksi tidak dapat ditangani di RS.

Berdasarkan temuan tersebut, MER-C menetapkan prioritas kegiatan di tahap awal pascabencana, yaitu mencari rumah sakit yang masih layak dan memfungsionalkannya untuk dapat memberikan pelayanan bagi para korban.

Prioritas lainnya adalah pengadaan air minum dan bahan bakar untuk listrik rumah sakit serta mobilisasi tim.

Survai ke beberapa RS yang ada di Palu pun dilakukan bekerja sama dengan tim disaster RSCM, seperti RS Undata, RS Anutapura, RS Budi Agung dan RS Sis Aljufri.

Setelah mempertimbangkan kondisi RS yang ada, tim memutuskan bahwa RS Sis Aljufri adalah rumah sakit yang kondisinya paling baik dan memungkinkan untuk dijadikan rumah sakit rujukan trauma.

Bangunan RS pacsagempa dahsyat itu masih kokoh dan hanya hanya sekitar 10 persen bangunan yang mengalami kerusakan dengan kondisi kamar operasi serta peralatan medis yang mencukupi.

RS ini akan menjadi RS rujukan pasien-pasien kasus orthopaedi (bedah tulang) dan trauma.

Pemilik dan pengelola RS Sis Aljufri, yaitu Yayasan Al Khaerat, menyambut baik rencana ini dan menyerahkan sepenuhnya RS Sis Aljufri untuk dikelola dalam situasi darurat oleh tim MER-C.

Menindaklanjuti rencana ini, segera digelar rapat bersama antara tim MER-C, tim disaster RSCM, dan SDM RS Sis Aljufri yang tersisa.

Rapat dipimpin oleh Ketua Tim Advance MER-C, dr. Andi Fajar Wela yang kemudian ditunjuk menjadi Koordinator Umum RS Sis Aljufri.

Hasil rapat bersama memutuskan bahwa nama operasi tim bersama ini adalah RS Sis Aljufri Crisis Center di mana tim yang tergabung di dalamnya adalah MER-C, RSCM, dan sukarelawan RS Sis Aljufri yang siap membantu.

Target tim adalah sesegera mungkin RS dapat melayani dan menjadi rujukan trauma, mengadakan dapur umum untuk kebutuhan sukarelawan dan pasien rumah sakit, melakukan evakuasi dan "case finding" melalui program "mobile clinic" ke wilayah-wilayah terdampak gempa yang belum terjangkau bantuan.

Pihaknya berharap semua ikhtiar tersebut dapat turut membantu mempercepat pemulihan dampak gempa dan tsunami Palu, Donggala dan sekitarnya.

Sarbini Abdul Murad menambahkan, tiga relawannya setelah bertugas selama dua bulan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, MER-C juga dikirimkan membantu korban gempa di Sulteng.

Selain itu, salah satu armada operasional lapangan berupa kendaraan "ford ranger double cabin" juga dikirim ke Palu.

Tim membawa bantuan obat-obatan dan perlengkapan untuk pendirian Posko Kesehatan Lapangan MER-C di lokasi bencana Palu dan Donggala dengan rute yang dilalui adalah Mataram-Surabaya-Makassar dan Palu.

Baca juga: Konseling untuk memulihkan kesehatan mental korban bencana
Baca juga: Warga Palu berzikir minta perlidungan Tuhan


 

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018