Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat George W. Bush Kamis mengecam keras tindakan keras yang dilakukan junta militer Myanmar terhadap para pemrotes pro-demokrasi dan menyerukan pembebasan bagi para aktivis yang ditahan. "Saya mengecam keras tindakan-tindakan yang dilakukan rezim Burma dalam melakukan penahanan, penindasan dan penyerangan terhadap para aktivis pro-demokrasi saat menghimpun atau ikut ambil bagian dalam aksi-aksi unjukrasa yang dilakukan secara damai itu," kata Bush dalam pernyataannya. Dia mengatakan, para aktivis hanyalah menyuarakan kecemasan-kecemasan mengenai kenaikan yang dramatis atas harga-harga bahan bakar minyak baru-baru ini `dan kecemasan mereka mestinya didengar oleh rezim daripada dibungkam melalui kekuatan." Pemimpin AS, yang secara pribadi pernah bertemu dengan para aktivis pro-demokrasi dari Myanmar - yang sebelumnya dikenal sebagai Burma - di Gedung Putih, menyerukan kepada penguasa militer untuk memperhatikan seruan-seruan internasional untuk membebaskan para pamrotes yang dijebloskan ke penjara itu secepatnya. Junta harus juga `menghentikan tindakan mengintimidasi warga Burma yang berusaha mengembangkan demokrasi dan hak-hak asasi manusia (HAM),` dan `membebaskan semua tahanan politik, termasuk Aung San Suu Kyi, dan ... mencabut larangan-larangan terhadap organisasi-organisasi kemanusiaan yang ingin membantu rakyat Burma," katanya. Partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpin pemenang Hadian Nobel Perdamaian dan pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi menang mutlak dalam pemilu 1990, namun tak pernah diizinkan untuk mengambil alih kekuasaan, dan dia sekarang telah lebih dari sepuluh tahun dijebloskan ke dalam tahanan rumah. Pernyataan Bush ini muncul setelah para pemrotes Myanmar melancarkan aksi mogok makan di Yangon Kamis, menuntut pihak yang berwenang memberikan perawatan medis terhadap seorang rekannya yang menderita patah kaki ketika polisi dan milisi pro-pemerintah secara kasar membubarkan aksi demonstrasi mereka pada Kamis lalu. Sedikitnya 100 orang telah ditahan sejak pawai anti-pemerintah yang jarang dilakukan pada 19 Agustus untuk memprotes kenaikan tinggi harga bahan bakar minyak, menurut para aktivis. Dennis Wilder, seorang pembantu khusus Bush di bidang Asia Timur, Kamis mengatakan bahwa tindakan keras yang dilakukan Myanmar akan dijadikan `suatu topik besar dalam diskusi` pada pertemuan puncak forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Sydney pekan depan, yang juga akan dihadiri oleh pemimpin AS. Departemen luar negeri AS secara terpisah menyatakan keprihatinannya terhadap nasib para tahanan politik di Myanmar menyusul laporan-laporan sejumlah pemrotes tak dikenal telah melakukan aksi mogok makan di pusat tahanan itu. Jurubicara departemen luar negeri AS, Tom Casey, mengatakan bahwa kondisi para tahanan Myanmar saat ini tidak bagus, seraya mengutip laporan tahunan hak-hak asasi manusia. Salah satu laporan itu menuduh junta militer Myanmar menempatkan para tahanan dalam kondisi `keras dan hidupnya terancam.` "Namun demikian, masalah utamanya adalah orang-orang itu tidak semestinya ditahan begitu saja," kata Casey. Rezjim militer Myanmar telah 45 tahun lamanya melakukan tindakan keras dan bahkan meremehkan perbedaan pendapat. Namun para pemrotes dalam pekan-pekan terakhir ini mengabaikan ancaman penahanan dan melakukan perlawanan dengan menggelar pawai-pawai baru. Para anggota parlemen AS Rabu juga menyerukan kepada Bush untuk minta Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan penting guna membahas tindakan keras pemerintah Myanmar itu. Casey mengatakan bahwa Washington akan terus mengangkat isu-isu tersebut di Dewan Keamanan, namun dia tidak menjelaskan jadwal secara pasti. Pada Januari lalu, China dan Rusia memveto satu resolusi Dewan Keamanan yang menyerukan agar pemerintah Myanmar membebaskan semua tahanan politik dan mengakhiri aksi kekerasan seksual yang dilakukan pihak militer. PBB memperkirakan terdapat sekitar 1.100 tahanan politik di Myanmar, AFP melaporkan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007