Jakarta (ANTARA News) - Witsqa duduk bersama ibu dan saudaranya yang lain di sofa bagian belakang ruang Cafe MOE di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Gadis remaja usia 11 tahun itu asyik berkelakar dan tertawa lepas bersama anak-anak sebayanya. Ia seperti tidak membutuhkan konsentrasi, padahal beberapa saat lagi harus tampil menyanyi di atas panggung pertunjukan kedai tersebut, di depan puluhan pengunjung termasuk sejumlah wartawan. Kamis sore menjelang malam, 30 Agustus 2007, di kedai itu Witsqa (baca Wiska) memang hendak memperkenalkan diri dan sekaligus mengumumkan bakal mengeluarkan album debutnya bulan depan. Anak keempat dari lima bersaudara putra-putri pasangan Moekti Wibowo Samanu dan Ella Relawati itu dijuluki "sintong" (anak ajaib), karena potensinya sebagai penyanyi jazz andal di masa depan telah terlihat sejak masih kanak-kanak. Mengapa jazz? Padahal ia mengaku bisa menyanyikan semua jenis lagu, mulai pop, rock, klasik, reggae, blues, hingga dangdut. "Karena aku lihat tidak ada anak-anak seumurku yang bisa nyanyi jazz, jadi aku coba aja," kata si pemilik nama lengkap Addina Witsqantidewi itu. Pengakuan polos itu pun diaminkan oleh produser dan penata musiknya, Harry Toledo dan Harry Budiman, selaku penggarap album perdananya. Toledo mengatakan, sepengetahuannya tidak ada gadis usia 11 tahun yang memiliki karakter vokal jazz dan "power" sekuat Witsqa, dan karenanya ia bisa disebut "bocah langka" di dunia jazz. Dibandingkan dengan drummer cilik jazz, Rafi, Witsqa selain menyanyi juga memliki kelebihan mampu memainkan alat musik tiup saksofon dan piano. Harry Budiman mengaku, dirinya saat bertemu Witsqa langsung merasa takjub dan kepincut untuk menanganinya menjadi penyanyi jazz. "Selama saya menangani banyak penyanyi, belum pernah saya menemukan yang seperti dia," katanya. Menurut Ella Relawati, putrinya itu sudah diperdengarkan musik jazz sejak masih Taman Kanak Kanak. "Ayahnya juga musisi jazz, dan Witsqa hampir tiap malam minta diiringi menyanyi," katanya. Harus Berteman Kalau dahulu ada sebutan "Double D" untuk Deddy Dhukun dan Dian Pramana Poetra selaku pencipta lagu dan aranser musik bagi banyak artis di era 1980-an, kali ini Witsqa mendapatkan dua musisi yang bisa disebut "Double H". Bagi Toledo maupun Budiman, menangani penyanyi remaja itu saat rekaman susah-susah gampang. Di luar unsur mudah diarahkan, karena memang sudah memiliki dasar jazz kuat, kedua musisi harus bisa menempatkan diri sebagai teman dari anak asuh mereka tersebut. Menurut kedua musisi, Witsqa punya potensi besar tetapi sekaligus juga sering bikin sewot. "Kalau dia mau tidur, ya dia tidur aja padahal kita lagi siapkan untuk `take` vokalnya," kata Budiman. "Lagi serius rekaman, eh dia minta makan bakso dulu. Tapi saat rekaman, cepat sekali. Ini anak sangat musikal," ujar Toledo sambil tertawa. Wisqa tersenyum malu-malu ketika rahasianya dibongkar. Namun, Toledo maupun Budiman sama mengakui bahwa proses perekaman Witsqa sangat cepat, karena ia mudah sekali menghafalkan lirik lagu dan bahkan mengikuti instruksi cara bernyanyi dari mereka. Sekarang ini album perdana Witsqa sudah memasuki proses mixing di studio milik Harry Toledo. Terbiasa Manggung Witsqa membawakan lima lagu padaperkenalan itu, empat di antaranya merupakan lagu yang ada di album perdana yang diandalkan mencetak hits. Meski di awal terlihat agak canggung ketika membawakan lagu "Pangeran Hati", Witsqa terlihat cepat menguasai keadaan. Di lagu kedua yang berjudul "Wait and See", ia sudah bergaya dan banyak melempar senyum kepada pengunjung, dan semakin bebas bergerak waktu membawakan nomor favoritnya, "Lagi Lagi Dia". Bagaimana bisa seorang penyanyi baru tampil dengan bebas, tanpa kesan malu-malu? Bagi Witsqa, bisa sekali. Pasalnya, sejak kecil ia sudah terbiasa menyanyi di sekolah, juga "nge-band" bersama kakak-kakanya dan ikut berbagai festival. Lebih dari itu, penyanyi yang satu ini pun anggota Elfa`s Choir dan sudah "kenyang" tampil di berbagai acara. Sebelum membawakan lagu keempat "Hanya Satu", Witsqa menjawab tuntutan pengunjung untuk membawakan satu nomor hits Eve and Sense, "Bring Me To Life". Album Witsqa tidak lama lagi akan beredar di berbagai toko kaset/CD. Dengan segenap pujian yang dialamatkan pada dirinya, akankah gadis belasan tahun ini mampu menembus pasar musik Tanah Air yang padat, terutama di era band pop/rock saat ini? Mampukah Witsqa menggapai sukses dan menyamai para pendahulunya seperti Iga Mawarni, Syaharani, hingga Andien?(*)

Pewarta: Oleh John Nikita S
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007