Tidak sulit bagi para awak media untuk menukar lembar konfirmasi dalam proses mendapatkan badge peliputan, karena para relawan siap membantu dengan senang hati
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Kawasan Nusa Dua, Bali, terus berbenah untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 pada 8-14 Oktober 2018.

Pembenahan tersebut telah terlihat di tiga tempat utama yang menjadi pusat perhelatan acara yaitu Nusa Dua Beach Hotel, Bali International Convention Center (BICC) dan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). 

Nusa Dua Beach Hotel menjadi tempat bagi para media nasional maupun internasional untuk mendapatkan akses peliputan dalam pertemuan ini.

Tidak sulit bagi para awak media untuk menukar lembar konfirmasi dalam proses mendapatkan badge peliputan, karena para relawan siap membantu dengan senang hati. 

Tidak jauh dari registrasi media tersebut, panitia penyelenggara menyiapkan tempat bagi para jurnalis untuk mendapatkan media briefing rutin yang direncanakan panitia nasional berlangsung setiap sore.

Kemudian, persiapan serupa juga terlihat di BICC yang terletak di kawasan The Westin Resort, karena lokasi ini telah direncanakan menjadi ruang media utama.  

Dijadwalkan ribuan jurnalis dari dalam maupun luar negeri akan hadir untuk mendapatkan informasi dan membuat laporan di press center dalam pertemuan akbar selama delapan hari ini.

Awak media mendapatkan kemudahan maupun akses serta dukungan jaringan Wifi yang memadai di tempat media ini, untuk menjalankan tugas keseharian.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menjamin kelancaran dan keamanan jaringan internet bagi para jurnalis yang bertugas meliput Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018.

"Persiapan sudah rampung dan terutama kita hindari interferensi," kata Rudiantara saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Senin.
Rudiantara memastikan jaringan internet ini yang telah dipersiapkan dapat bermanfaat untuk mendukung tugas jurnalis dalam melaksanakan tugas liputan.

Untuk itu, ia meminta para jurnalis untuk tidak menggunakan internet dengan jaringan pribadi atau tethering agar tidak menganggu sinyal di ruang media.

"Siapapun jangan menggunakan 'tethering', pakai fasilitas yang ada, karena 'tethering' itu menganggu interfensi," katanya.
Di BICC ini, juga terdapat berbagai ruangan sebagai tempat untuk side event berupa pertemuan bisnis atau senimar yang dihadiri delegasi pemerintah, investor, pelaku sektor keuangan, LSM, pengamat maupun akademisi.

Persiapan ikut terlihat di BNDCC, yang menjadi tempat utama penyelenggaraan, karena para menteri keuangan maupun pimpinan bank sentral dijadwalkan akan mengadakan pertemuan plennary di tempat ini.

Selain itu, juga terdapat tempat khusus berupa Indonesia Paviliun yang berisi kerajinan tangan dari para pelaku UMKM serta berbagai proyek investasi yang ditawarkan kepada investor.

Tidak mengherankan, untuk mengakses ketiga tempat tersebut, para peserta, siapapun itu, harus bersiap menghadapi ketatnya pemeriksaan yang dilakukan pihak keamanan.

Ketatnya pengamanan ini juga didukung oleh mitigasi dari pihak terkait apabila terjadi kejadian bencana alam yang tidak diinginkan.
Pengamanan ini wajar dilakukan, karena beberapa kepala negara dan pimpinan lembaga tinggi lainnya dijadwalkan hadir dalam perhelatan akbar ini, termasuk Presiden Joko Widodo.

Segera dimulai
Di antara negara Asean plus lima, Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang belum pernah menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF-World Bank.

Sebelumnya, Filipina pernah menjadi tuan rumah pertemuan serupa pada 1976, Thailand pada 1991 dan Singapura pada 2006.
Untuk itu, kesempatan menjadi tuan rumah menjadi momentum baik bagi Indonesia yang saat ini tercatat sebagai satu-satunya negara Asean di Forum G20.

Pertemuan ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia di dunia internasional, mendorong investasi serta meningkatkan jumlah kunjungan pariwisata.

Tercatat, pemerintah sudah menghabiskan dana yang terpakai sebesar Rp566 miliar sebagai persiapan acara akbar ini.
Jumlah ini diklaim pemerintah masih lebih rendah dibandingkan negara lain yang sudah menjadi tuan rumah seperti Peru pada 2015, Jepang pada 2012 dan Turki pada 2009.

Pemerintah memastikan dana tersebut tidak terpakai untuk pemborosan karena sebagian besar hanya dimanfaatkan untuk penggunaan teknologi informasi.

Ketua Unit Kerja Pertemuan Tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank (UKPTI) Peter Jacobs bahkan mengatakan penghematan anggaran untuk pertemuan tahunan ini sudah diupayakan.

"Kita sudah sehemat mungkin," kata Peter saat ditemui di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-WB di Nusa Dua, Bali, Senin.
Peter mengatakan Indonesia mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah dari 19.000 orang tamu sehingga berapapun dana yang dialokasikan untuk acara akbar ini adalah wajar.

Ia menambahkan pembahasan anggaran sebesar Rp855 miliar ini juga telah mendapatkan persetujuan di parlemen, sehingga tidak seharusnya mendapatkan polemik.

"Banyak yang bisa dibahas dan diliput informasinya. Soal biaya, kita sudah bicarakan ini, tidak ada hal yang mewah-mewah," ujarnya.
Indonesia juga tidak perlu membangun infrastruktur untuk tempat pertemuan, karena Nusa Dua telah mempunyai reputasi sebagai tempat untuk menyelenggarakan seminar berkelas internasional.

Meski demikian, Bali juga melakukan pembenahan untuk menyambut delegasi yang diperkirakan mencapai 20 ribu orang.
Pembenahan itu diantaranya dengan memperluas Bandara Ngurah Rai, membangun under pass untuk mengurai kemacetan dan tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung.

Secara keseluruhan, pemerintah mengharapkan pertemuan ini bisa memberikan manfaat ekonomi dalam jangka pendek maupun menengah panjang.

Dalam hitungan jam, pertemuan akbar segera dimulai, mari berharap Indonesia menjadi tuan rumah yang baik agar acara ini tidak hanya menjadi ajang hura-hura belaka seperti dugaan segelintir pihak. 

Baca juga: Telkom sediakan layanan internet cepat pertemuan IMF

Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018