Bandarlampung  (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, sepanjang pengamatan Senin (8/10) hingga Selasa dini hari mengalami 101 kali letusan.

 Pada malam hari dari CCTV teramati sinar api, aliran lava pijar ke selatan dan lontaran pijar setinggi sekitar 100-200 meter ke segala arah.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), meneruskan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau oleh Deny Mardiono AMd, petugas Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, diterima di Bandarlampung, Selasa, pada periode pengamatan 8 Oktober 2018, pukul 00.00 sampai dengan 24.00 WIB itu, menunjukkan kondisi gunung kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati.

Visual pada malam hari dari CCTV teramati sinar api, aliran lava pijar ke selatan dan lontaran pijar setinggi lebih kurang 100-200 meter ke segala arah. Terdengar suara dentuman dan getaran dengan intensitas lemah hingga kuat dirasakan di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau. Ombak laut tenang.

Aktivitas kegempaan terpantau letusan 101 kali, amplitudo 30-48 mm, durasi 53-162 detik. Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 3-52 mm (dominan 45 mm).

Gunung api yang terus tumbuh meninggi dan berada pada ketinggian 338 meter dari permukaan laut ini selama pemantauan itu, menunjukkan cuaca cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah utara, timur, dan barat. Suhu udara 26-32 Celsius, kelembapan udara 62-86 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg.

Kesimpulan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level II (Waspada), sehingga direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau meletus dua kali saat tengah malam
 

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018