London (ANTARA News) - KBRI Seoul bersama Program Studi Ilmu Komunikasi Unversitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang menyelenggarakan lokakarya Macapat dan Gamelan berbasis teknologi melalui workshop "E-Macapat dan E-Gamelan" yang bertempat di Seoul, Korea Selatan, Sabtu (6/10).

Pensosbud KBRI Seoul, Purno Widodo kepada Antara, Selasa mengatakan dalam lokakarya tersebut, para pecinta Kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan Jawa yang bermukim di Korea Selatan dikenalkan dengan aplikasi untuk belajar macapat dan gamelan.

Para peserta diajari macapat dan bermain gamelan dengan menggunakan program yang diunduh melalui handphone maupun disalin ke dalam komputer melalui aplikasi berbasis android yaitu E-Macapatku.

Aplikasi tersebut digagas para dosen Udinus yang diketuai Yuventius Tyas Catur Pramudi.

"Ide pembuatan aplikasi tersebut berasal dari rasa kegelisahan terhadap kemajuan teknologi yang semakin menggerus budaya lokal, salah satunya adalah budaya macapat," tutur Tyas.

"Diharapkan dengan adanya aplikasi tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pelestarian budaya bangsa dan menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam macapat," ujarnya.

Wakil Kepala Perwakilan KBRI Seoul, Siti Sofia Sudarma mengatakan maksud dan tujuan diadakannya workshop merupakan salah satu wujud diplomasi budaya Indonesia di Korea Selatan.

"Diharapkan dengan upaya-upaya diplomasi, seperti penyelenggaraan workshop dimaksud dapat lebih mempererat hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan, khususnya dalam hal pertukaran budaya dan people to people contact", ujar Sofia.

Salah satu peserta yang mengikuti lokakarya tersebut walau harus menempuh perjalanan dua jam dari rumahnya ke lokasi Lokakarya, Choi Hae Jin, mengakui senang bisa belajar macapat dan bermainan gamelan dengan aplikasi.

"Saya sangat senang bisa belajar macapat dan bermain gamelan dengan aplikasi ini. Saya bisa bermain gamelan dimanapun dan kapanpun walau tidak menggunakan Gamelan asli. Kini saya dapat menyalurkan hobby saya cukup di rumah," ujarnya.

Macapat merupakan puisi bertembang Jawa dan seringkali ditampilan dengan iringan gending alit. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.

Tidak hanya WNI yang ikut workshop itu, warga Korsel bahkan beberapa orang warga Kanada yang bermukim di Korea juga turut serta. Para peserta tampak antusias belajar gamelan. Terlebih saat mereka belajar macapat melalui handphone masing-masing.

Baca juga: "Aja Lamis" membuka festival piano klasik Swedia

Baca juga: "Serupa Bunyi" gamelan dalam seni rupa

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018