Sehingga anggaran riset kita menjadi jelas, larinya ke mana, hasilnya apa, outputnya apa, outcomenya apa.
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mempertanyakan hasil riset saat beraudensi dengan seluruh pejabat eselon I, Eselon II, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Istana Negara Jakarta, Rabu.

"Riset kita sekarang ini setahun kira-kira sudah Rp26 triliun. Saya tanya pada kementerian-kementerian hasilnya mana? Mana Rp600 miliar setahun hasilnya? Kalau saya blak-blakan Rp800 miliar untuk riset di kementerianmu mana?" kata Presiden saat memberikan pengarahan.

Kepala Negara berharap ekosistem di dalam kampus harus dibenahi bersama-sama dan cara-cara baru harus dikembangkan,

"Harus diberikan fasilitas dan dikembangkan. Inovasi memecahkan masalah dan memberikan nilai tambah harus didukung," katanya.

Jokowi tidak mau mendengar tugas eselon I, eselon II, dosen lebih sibuk mengisi form daripada mengajar dan para peneliti sibuk membuat SPJ daripada urus substansi penelitiannya. 

Untuk itu, Presiden meminta para Dirjen, pejabat eseolan I dan II kementerian Ristek Dikti untuk memangkas segala aturan yang memperlambat.

"Wajib, urusan SPJ pangkas saja. Pak Dirjen, Direktur, pangkas. Saya cek nanti, saya cek ini, karena tahun depan kita sudah masuk ke (pembangunan) SDM," kata Presiden.

Jokowi juga menyatakan pemerintah akan membuat Badan Riset Nasional yang perannya sebesar 70-80 persen ada di Perguruan Tinggi.

"Sehingga anggaran riset kita menjadi jelas, larinya ke mana, hasilnya apa, outputnya apa, outcomenya apa," kata Presiden.

Menteri Ristek Dikti M Nasir menyampaikan capaian bidang riset dan teknologi di tingkat negara ASEAN dalam hal publikasi hasil riset internasional sebelum 2015 masih di bawah Thailand, Singapura dan Malaysia.

"Per Oktober 2018 ini, Alhamdulillah, Indonesia sudah di angka 20.610 publikasi internasionalnya atau sudah mengungguli Thailand dan Singapura. kita sudah luar biasa peningkatannya," katanya.

Berdasarkan data Kemenristek Dikti, Thailand publikasi riset internasionalnya mencapai 12.374 dan Singapura 16.647, sedangkan Malaysia mencapai 22.070.

M Nasir juga menyebut 10 lembaga yang paling besar menyumbang publikasi riset adalah Institut Teknologi Bandung (ITS) sebanyak 10.090, Universitas Indonesia (UI) 9.348, Universitas Gadjah Mada (UGM) 6.465, Institut Pertanian Bogor (IPB) 4.181, Institut Teknologi Surabaya (ITS) 4.021, Universitas Diponegoro (Undip) 3.643, LIPI 3.576, Universitas Brawijaya Malang 2.566 dan Universitas Padjajaran (Unpad) 2.442.*

Baca juga: Mahasiswa UI buat insektisida dari daun pacar

Baca juga: Kemenperin gandeng Toyota dan universitas riset teknologi mobil listrik


 

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018