Mereka minta 20 sampai 30 lembar kain jenis klasik yang harganya sekitar Rp4,9 juta
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Batik tulis Lasem, karya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menarik minat pengusaha asal India.

"Ada orang India yang datang dan tertarik untuk mengimpor produk kami, katanya untuk dijual lagi," kata Sri Winarti, perajin batik tulis Lasem, binaan PT BNI (Persero) di Paviliun Indonesia, yang digelar selama Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Ia mengaku kelompoknya siap memenuhi permintaan tersebut karena sudah mendapat pelatihan kewirausahaan dari BNI beberapa waktu lalu.

"Kebetulan kami sudah pernah mendapat pelatihan ekspor dan impor dari BNI. Jadi, ya Alhamdulillah nyambung. Pihak BNI kemarin juga mau menjembatani kalau kami tidak bisa bagaimana cara mengekspor," katanya.

Sri mengatakan permintaan tersebut akan menjadi pengalaman dirinya mengekspor produk pertamanya.

"Mereka minta 20 sampai 30 lembar kain jenis klasik yang harganya sekitar Rp4,9 juta," katanya.

Jenis batik tulis klasikan cukup diminati karena menggunakan pewarna alami, sehingga ramah bagi lingkungan.

Sejumlah perajin batik tulis Lasem mempertunjukan kecakapannya melukis di atas kain mori di hadapan para pengunjung Paviliun Indonesia di kawasan Hotel Westin, Nusa Dua selama perhelatan pertemuan IMF-WB pada 8-14 Oktober 2018.

Keistimewaan batik tulis Lasem adalah penggunaan warna alami dari akar, kulit dan daun pohon mahoni.

Satu warna pada selembar kain batik membutuhkan hingga tujuh hingga 15 kali pencelupan. Itu sebabnya satu kain batik tulis baru selesai dalam waktu 25 hari.

Perajin batik itu adalah satu dari 150-an pelaku UMKM dari 64 kabupaten/kota di Indonesia yang meramaikan pameran Paviliun Indonesia yang diselenggarakan Kementerian BUMN.

Baca juga: Arief Yahya kagumi arsitektur Paviliun Indonesia
Baca juga: IMF-WB - Tenun Bali-Batik Solo diperkenalkan pada delegasi di Paviliun Indonesia

 

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018