Nusa Dua, (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyuarakan dampak yang dialami negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dari normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju termasuk oleh AS, saat pertemuan dengan Ketua Dewan Pengurus Bank Sentral AS Jerome Powell.

Pertemuan itu digelar di sela-sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Nusa Dua, Bali, Jumat, menurut pernyataan resmi BI yang dipublikasikan Sabtu.

"Keduanya membicarakan tentang perkembangan ekonomi global, normalisasi kebijakan moneter di negara maju, serta dampaknya pada negara-negara berkembang," ujar pernyataan resmi BI mengenai pertemuan yang jadwalnya tidak dipublikasikan kepada wartawan.

AS merupakan negara yang selama tiga tahun terakhir menerapkan normalisasi kebijakan moneter setelah melakukan pelonggaran dengan menggelontorkan dana segar ke pasar likuiditas global. Normalisasi kebijakan moneter itu diterapkan dengan kenaikan suku bunga kebijakan moneter The Fed (Fed Fund Rate) secara bertahap dan juga normalisasi neraca Bank Sentral.

Akibat normalisasi kebijakan yang dilakukan The Fed, negara-negara berkembang mengalami pelarian arus modal asing dan menderita tekanan nilai tukar. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terdampak, namun kondisi Indonesia masih jauh lebih baik dibanding negara-negara lainnya, seperti Argentina dan Turki.

Dalam pertemuan dengan orang nomor satu di Bank Sentral paling berpengaruh di dunia itu, Perry juga menjelaskan ketahanan perekonomian Indonesia menghadapi dampak rambatan ekonomi global yang didukung bauran kebijakan (policy mix) antara otoritas moneter dan pemerintah.

Baca juga: IMF ingatkan risiko peningkatan utang bagi stabilitas ekonomi
Baca juga: IMF prediksi pertumbuhan ekonomi Asia 5,4 persen 2019

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018