Presiden Jokowi sangat 'concern' atas progres pembangunan berkelanjutan, yang harus menjadi prioritas bersama di kawasan,"
Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar mengapresiasi Pertemuan Para Pemimpin ASEAN (ASEAN Leaders Gathering) di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018) sebagai langkah strategis diplomasi Indonesia.

Politisi Partai Golkar sekaligus Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha di sela penyelenggaraan Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018) mengatakan peran penting Indonesia baik secara politik maupun ekonomi sangat dinantikan negara-negara tetangga untuk menciptakan stabilitas di kawasan.

"Kami apresasi inisiatif Indonesia menggelar ASEAN Leaders Gathering, yang dipimpin Presiden Joko Widodo sebagai langkah diplomasi yang strategis bagi Indonesia, mengingat peran penting kita di kawasan ASEAN," katanya dalam rilis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, poin penting dalam ASEAN Leaders Gathering selain mempererat kerja sama dan sinergi antarnegara di kawasan adalah upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yang melibatkan banyak pihak baik organisasi lokal, regional, maupun internasional.

"Presiden Jokowi sangat concern atas progres pembangunan berkelanjutan, yang harus menjadi prioritas bersama di kawasan. Dalam SDGs Index and Dashboards Index 2018, Indonesia berada pada urutan 99 dari 156 negara. Komitmen pemerintah untuk berupaya keras agar pencapaian peringkat tersebut bisa dinaikkan, mengingat dua goal menyangkut perubahan iklim dan renewable energy dengan ranking yang mendekati China," jelas Satya yang turut hadir dalam gala dinner ASEAN Leaders di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Bali.

Sebelumnya, Satya yang Ketua Kaukus Ekonomi Hijau DPR RI saat berbicara dalam Civil Society Policy Forum di Pertemuan IMF-World Bank, Nusa Dua, Bali, Kamis (10/10), juga menyinggung konsistensi Indonesia untuk pencapaian tujuan SDGs nomor tujuh dan 13 tersebut.

Untuk SDGs nomor tujuh, Indonesia meraih skor 64,2 dan China 69,1. Sedangkan untuk goal nomor 13, Indonesia mempunyai skor 89,1 dan China 69,3.

"Kebijakan ketahanan energi dalam jangka panjang adalah mengubah paradigma dari energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT), mengingat impor dari energi fosil berpengaruh besar pada defisit transaksi berjalan kita, sehingga Indonesia mengejar melalui goal ke-7 dan 13 dalam penerapan energi yang sustainable yaitu energi terbarukan dengan menerapkan carbon neutral mechanism. Dengan demikian, harga energi terbarukan bisa berkompetisi dengan fosil dengan memasukan faktor emisi yang dihasilkan. Adapun goal lain dalam SDGs termasuk ketahanan pangan, kesehatan, pendidikan, dan air bersih termasuk area yang Indonesia bisa mengejar," papar Satya.

Dalam pertemuan ASEAN Leaders Gathering juga menyinggung tentang belt and road policy, yang diprakarsai China, serta inisiasi Indonesia dengan membuat Indo-Pacific.

Satya berpendapat, posisi Indonesia yang berada pada dua inisiatif besar tersebut bisa lebih menguntungkan, mengingat keberadaan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB bisa memainkan perannya dalam menjamin keamanan regional.

"Dengan demikian dua inisiatif tersebut punya titik temu yang sama untuk pihak-pihak di China maupun Indo-Pacific," ujarnya.

Baca juga: Jokowi sampaikan lima usulan dalam ASEAN Leaders' Gathering
Baca juga: Para Pemimpin ASEAN sepakat kurangi disparitas pembangunan antar-negara
Baca juga: Kaukus Ekonomi Hijau DPR dorong investasi energi terbarukan

 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018