"Saya harap Anda bisa melihat dan mengatakan kepada dunia, ekonomi Indonesia kokoh, ressilent..."
Nusa Dua (ANTARA News) -  Pemimpin bank sentral yang berpengaruh dalam arus likuiditas global berkumpul di Nusa Dua, Bali, Minggu untuk membicarakan respons dalam menyikapi ketidakpastian ekonomi global, terutama untuk membendung dampak perang dagang yang berkelanjutan terhadap pasar finansial.

Gubernur BI Perry Warjiyo saat membuka Seminar G-30 di rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Nusa Dua, Bali, Minggu, kembali menekankan fundamental ekonomi Indonesia kokoh dan reformasi struktural terus berjalan.

Perry juga mencoba membuka seminar agar lebih santai, meskipun dalam seminar hadir para penentu kebijakan moneter di dunia, seperti Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank Sentral Prancis Francois Villeroy de Galhau dan lainnya.

"Saya harap Anda bisa melihat dan mengatakan kepada dunia, ekonomi Indonesia kokoh, ressilent, dan terus melanjutkan reformasi struktural," ujarnya.

Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, salah satu penentu kebijakan yang sangat ditunggu-tunggu pernyataannya dalam forum ini, memaparkan ekonomi global memang masih dibayangi ketidakpastian. Tensi perang dagang menjadi salah satu tantangan utama.

Yi Gang menyuarakan nada yang sama dengan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) beberapa waktu lalu, bahwa perang dagang bisa menghadirkan ekspektasi pasar yang negatif.

Kebijakan moneter China, di tengah dampak perang dagang, kata Yi Gang, masih netral. Posisi kebijakan moneter negara raksasa ekonomi Asia itu tidak cenderung longgar maupun ketat.

"Anda dapat melihat China masih memiliki ruang cukup untuk penyesuaian kebijakan," ujarnya.


Baca juga: Menkeu minta negara-negara maju kurangi tensi perang dagang



 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018