Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah institusi keuangan global, termasuk Asian Development Bank (ADB) siap mendukung pembangunan infrastruktur kelistrikan Indonesia di bidang panas bumi karena merupakan energi baru terbarukan yang potensial untuk dikembangkan.

"Potensi sumber daya panas bumi di Indonesia sangat besar harus terus dikembangkan menjadi energi untuk saat ini dan di masa datang," kata Vice-President for Knowledge Management and Sustainable Development of the Asian Development Bank (ADB), dalam siaran pers di Jakarta, Senin.

Menurut Bambang, Indonesia menduduki peringkat kedua dunia sebagai negara dengan sumber energi panas bumi terbanyak dengan potensi sumber daya panas bumi yang ekuivalen dengan 13.440 MW atau cadangan sebesar 14.473 MW yang tersebar di 265 lokasi.

Untuk itu, sejumlah institusi finansial internasional menyatakan dukungannya terhadap program kelistrikan nasional di bidang energi listrik panas bumi karena merupakan renewable atau "green project" yang sangat direkomendasikan dunia.

Dukungan tersebut sejalan dengan kebijakan Indonesia yang terus melakukan percepatan dalam mencapai target bauran energi pada tahun 2023 sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

KEN merupakan komitmen terhadap pencapaian Energi Baru dan Terbarukan yang akan berkontribusi dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

Bambang menjelaskan bahwa teknologi energi terbarukan harus sejalan dengan tiga aspek yaitu kondisi lokal, sosial, dan politik.

Sementara itu Dirut PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki Ibrahim menyebutkan, sejumlah BUMN sudah menggarap usaha tenaga listrik panas bumi, yaitu PT Geo Dipa Energi (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero) untuk mempercepat pengembangan.

PT GeoDipa merupakan satu-satunya BUMN panas bumi di bawah Kementerian Keuangan RI yang ditugasi untuk mempercepat proyek panas bumi Indonesia.  

GeoDipa Persero yang bekerjasama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia sudah ditawari kerja sama untuk pendanaan "green proyek" dengan beberapa bank pembangunan.

Biaya proyek untuk lima tahun kedepan diperkirakan sekitar 529 juta dolar AS untuk proyek di Dataran Tinggi Dieng, Sikidang-Sileri, Chandradimuka, Banjarnegara/Wonosobo, Jawa Tengah dan di Patuha, Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat.

Melalui proyek tersebut, GeoDipa dapat mengurangi emisi karbon CO2 minimal sebesar 1 juta ton - 2 juta ton di tahun 2023 dan 6 juta ton di tahun 2035.

Komitmen Indonesia untuk perubahan iklim tertuang dalam UU No.16 tahun 2016 tentang Pengesahaan Paris Agreement to the United Nations.

Baca juga: Presiden ADB temui Jokowi tawarkan 1 miliar dolar AS bantuan bencana
Baca juga: ADB dan perusahaan Thailand kembangkan energi terbarukan di ASEAN

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018